Pihak Sekolah Akui Bertanggungjawab atas Insiden Pemukulan antar Murid SD

benuanta.co.id, TARAKAN – Pihak SDN 024 Tarakan mengklaim telah melakukan upaya pasca adanya pemukulan antar siswa di bawah umur yakni FA dan MI yang terjadi pada Agustus 2024 lalu.

Diberitakan sebelumnya, MI menghembuskan nafas terakhirnya lantaran mengalami penyumbatan cairan di kepala pasca pemukulan yang dilakukan FA. Kepala Sekolah SDN 024 juga membenarkan kejadian tersebut namun telah mengambil beberapa langkah-langkah.

“Sudah kita pertemukan kedua orang tua korban dan pelaku. Saya harapkan kedua belah pihak ini, pada saat itu orang tua korban butuh bantuan biaya, dan orang tua pelaku siap membantu dengan catatan jika ada bukti pembayaran dikumpulkan sebagai dasar permintaan bantuan,” ujar Kepala SDN 024 Tarakan, Siti Masitah saat ditemui pada Selasa (5/11/2024).

Baca Juga :  Pj Wali Kota Tarakan Minta Jajaran Jaga Stabilitas Harga Kebutuhan Pokok Jelang Nataru

Namun, dalam perjanjian tersebut, ia menegaskan ke pihak orang tua korban bahwa bantuan memiliki sifat tanpa paksaan. Kedua belah pihak pun sepakat dan menandatangani pertanyaan tertulis yang dibuat oleh pihak sekolah.

“Nah kejadian waktu dia (MI) masuk rumah sakit karena katanya mual-mual, sekitar September 2024. Saya ke sana langsung bersama bagian kesiswaan dan ternyata MI dipindah di PICU (Pediatric Intensive Care Unit). Saya sempat tanya-tanya ke dokternya karena ada tuntutan biaya dari pihak korban, padahal itu pakai BPJS,” jelasnya.

Berita terkait : 

Siti mengaku juga memberikan bantuan berupa uang tunai yang dikumpulkan dari sekolah dan terdapat bantuan tersendiri dari orang tua pelaku. Ia juga sempat mencari tahu soal sakitnya MI apakah dikarenakan pemukulan atau adanya penyakit lain.

Baca Juga :  60 Ribu Masyarakat Tak Salurkan Hak Pilihnya di Pilkada Tarakan

“Menurut informasi dari asisten dokter itu katanya ada bawaan (penyakit) jadi bukan karena pemukulan itu. Mungkin penyakitnya baru muncul pas ada pemukulan itu,” tuturnya.

Ia juga menduga bahwa sakitnya MI kemungkinan bukan dikarenakan pemukulan. Menurutnya, anak yang duduk dibangku kelas 2 SD tak mungkin memiliki tenaga yang kuat untuk melakukan pemukulan hingga separah itu.

Dilanjutkan Siti, ia juga sudah melaporkan hal ini ke Dinas Pendidikan Kota Tarakan bahkan meminta bantuan ke Baznas Tarakan.

“Sudah saya sampaikan ke Dinas Pendidikan, karena disana ada Satgas. Semua sudah saya temui, bahkan saya ke Baznas minta bantuan karena katanya mau dirujuk (ke Surabaya),” lanjut Siti.

Baca Juga :  Selidiki Hangusnya 5 Kios, Polisi Lakukan Olah TKP

Berdasarkan pengamatan pihak sekolah, MI memiliki pribadi yang pendiam. Sehingga saat kejadian pemukulan yang dilakukan FA, ia tak langsung melapor. Sementara FA mengalami pelambatan bicara atau speech delay. Hal itu membuat FA lambat menangkap maksud pembicaraan dari orang lain.

Pasca kejadian pemukulan itu, FA dan MI yang semula berada di satu kelas yang sama juga sudah dipisahkan.

“MI ini anaknya memang pendiam, badannya juga lebih besar daripada FA. Kalau FA ini speech delay waktu kelas 1 SD, jadi dia lambat menangkap maksud pembicaraan. Kita juga antisipasi, sudah dipindah kelas pada saat itu,” pungkasnya. (*)

Reporter: Endah Agustina

Editor: Nicky Saputra 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *