benuanta.co.id, TARAKAN – Kondisi cuaca di perairan Tarakan cukup mempengaruhi hasil tangkapan para nelayan, belakangan ini. Terutama para nelayan kecil di Tarakan yang mengalami dampak dari cuaca ekstrim tersebut.
Kepala Dinas Perikanan Kota Tarakan, Ardiansyah mengungkapkan bahwa perubahan iklim dan kondisi cuaca ekstrem saat ini berdampak signifikan pada nelayan kecil, terutama mereka yang menggunakan kapal di bawah 20 Gross Tonnage (GT). Saat ini, gelombang tinggi telah melanda wilayah perairan Tarakan sejak Agustus hingga Oktober, yang menjadi tantangan besar bagi para nelayan.
“Setiap tahun, kita memasuki musim gelombang tinggi dari bulan Agustus sampai Oktober. Kondisi ini mempengaruhi produktivitas perikanan, dan dalam seminggu terakhir kami melihat beberapa jenis ikan tangkapan laut mulai berkurang di pasaran,” ujar Ardiansyah pada benuanta.co.id, Senin (23/9).
Menurutnya, cuaca buruk membuat banyak nelayan ragu untuk melaut. Bagi nelayan dengan kapal di bawah 20 GT, keselamatan menjadi prioritas, dan mereka lebih memilih menunda aktivitas di laut daripada menghadapi risiko besar di tengah kondisi ombak tinggi. Hal ini secara langsung berdampak pada ketersediaan ikan di pasar, seperti ikan putih dan kakap yang kini jumlahnya menurun.
“Tentu kita harus menghimbau para nelayan agar mengutamakan keselamatan mereka. Jika kapal mereka belum memenuhi standar keselamatan, jangan memaksakan diri untuk melaut. Cuaca ekstrem bukan hanya mempengaruhi hasil tangkapan, tetapi juga nyawa mereka,” tegas Ardiansyah.
Tidak semua nelayan terdampak, menurut Ardiansyah, kapal dengan kapasitas lebih besar, seperti 30 GT ke atas, tidak terlalu terpengaruh oleh gelombang tinggi. Namun, para nelayan kecil yang lebih rentan terhadap cuaca harus berhati-hati. Untuk itu, pemerintah terus berupaya meningkatkan kesadaran nelayan tentang pentingnya keselamatan di laut, terutama di tengah situasi cuaca seperti ini. Ardiansyah juga mendorong nelayan untuk lebih memperhatikan teknologi yang ada, terutama terkait informasi cuaca.
“Sekarang sudah ada aplikasi BMKG yang mudah diakses. Kami sarankan nelayan selalu update informasi cuaca sebelum melaut, serta dilengkapi dengan alat keselamatan seperti pelampung, kompas, dan GPS.” tuturnya
Dengan kondisi cuaca yang tak menentu ini, nelayan di Tarakan harus bersiap menghadapi tantangan yang tidak hanya berdampak pada ekonomi mereka, tetapi juga keselamatan jiwa saat berlayar.
Seorang nelayan di Tanjung Pasir, Tarakan Timur, Supriadi mengaku jika sudah memasuki cuaca buruk maka seluruh nelayan akan menepi dan tidak akan melaut agar terhindar dari musibah. Tak jarang, beberapa kasus nelayan mengalami insiden di laut saat memaksakan diri mencari ikan di tengah cuaca ektrim yang sering datang tiba-tiba.
“Gelombang tinggi memang bikin kami was-was. Kadang kalau cuaca sudah mulai buruk, kami memilih tidak melaut. Tapi itu artinya kami juga harus sabar menunggu cuaca membaik, padahal penghasilan bergantung pada hasil tangkapan.” ungkap salah seorang nelayan di Tanjung Pasir, Tarakan Timur, Supriadi pada Senin (23/9). (*)
Reporter : Maqbul
Editor: Nicky Saputra