Kisah Asal Usul Kampung Atap Sembakung

benuanta.co.id, NUNUKAN – Sebuah legenda turun-temurun tentang kampung Antob (Desa Atap) Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan. Diceritakan tentang seorang pria yang memiliki dua istri satu di antaranya memiliki paras yang cantik.

Pada jaman dahulu sekitar tahun 1814, di sebuah desa yang terletak di Kecamatan Sembakung hiduplah seorang pria bersama dengan kedua istrinya. Istri keduanya memiliki paras yang cantik jelita, sehingga membuat sang istri pertama merasa iri dan menimbulkan rasa dendam terhadap istri kedua.

Saleha, warga Desa Atap, Kecamatan Sembakung, menceritakan asal usul Kampung Antob yang saat ini dikenal dengan sebutan Atap. pada jaman dahulu sekitar 200 tahun silam, ada sebuah keluarga yang rukun dan harmonis, namun istri pertama merasa iri dengan istri kedua yang memiliki paras cantik dengan rambut panjang. Agar hanya dia yang dicintai oleh suaminya, akhirnya membuat rencana untuk membunuh istri kedua.

Baca Juga :  47 PMI Bermasalah Lagi-lagi Dipulang dari Malaysia

Pada suatu hari, istri pertama meminta sang suami untuk berburu dihutan karena persediaan makanan telah habis sehingga sang suami pun harus pergi mencari bahan makanan, sementara itu istri pertama telah menyiapkan rencana untuk menyingkirkan sang istri kedua. “Suaminya berburu dihutan untuk mencari bahan makanan,” kata Saleha.

Rumah yang dekat dipinggir sungai membuat istri pertama membawa sang istri kedua mencari emas yang pernah ia jatuhkan saat mencuci pakaian di sungai. Setelah tiba di sungai, istri pertama berpura-pura membantu sang istri kedua untuk mencari emas, tanpa disadari oleh sang istri kedua, dari belakang sang istri pertama telah bersiap untuk memukul sang istri kedua hingga tewas.

Setelah menewaskan istri kedua, istri pertama mengikat jasad istri kedua dengan kayu yang sudah dibentuk menyilang kemudian meletakkan batu di atas kayu tersebut dengan tujuan agar jasad sang istri kedua tenggelam didasar sungai, setelah kejadian itu sang istri pertama langsung menuju rumah.

Baca Juga :  SMAN 1 Sembakung Rutin Razia Bulanan Antisipasi Pelajarnya Bawa Rokok ke Sekolah

Beberapa hari kemudian, sang suami pun tiba di rumah membawa hasil buruannya pulang, sang suami bertanya kepada istri pertama dimanakah keberadaan istri keduanya, istri pertama menyampaikan bahwa sang istri kedua telah pulang ke rumah orang tuanya.

Tanpa pikir panjang sang suami pergi ke rumah mertuanya untuk menemui istri keduanya. Setibanya di rumah sang mertua, ia berkata bahwa sang istri kedua tidak pernah pulang. Mendengar penjelasan sang ibu mertua sang suami pun bingung mencari istri keduanya, karena terlalu lelah sang suami akhirnya memutuskan untuk kembali pulang.

Begitu tiba dekat rumah sang suami melihat sang istri sedang mengayun anaknya yang bernama Indoy dan bersenandung dengan kalimat , “Du dinadai antob antob de daud sungoi” (ada anak yang dijepit di hulu sungai) berulang-ulang, sehingga sang suami pun merasa curiga, tanpa pikir panjang sang suami menyusuri sepanjang hulu sungai, akhirnya setelah mencari-cari istri keduanya, dia menemukan jasad istri kedua yang telah dijepit menggunakan batu.

Baca Juga :  Kejari Nunukan Musnahkan Barang Bukti Berstatus Inkrah, Didominasi Kasus Narkotika

Setelah menemukan jasad sang istri kedua, tanpa pikir panjang dia menemui dan memarahi sang istri pertama dan langsung mengusirnya. Setelah tragedi itu, sungai tempat kejadian akhirnya dinamai oleh masyarakat sekitar sebagai Sungai Indoy, sehingga seiring berjalannya waktu desa yang terletak di sekitar sungai di sebut Kampung Antob, hingga saat ini menjadi Desa Atap.(*)

Reporter: Darmawan

Editor: Ramli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *