benuanta.co.id, NUNUKAN – Larangan menjual Bahan Bakar Minyak (BBM) asal Malaysia di Pulau Sebatik dikeluhkan sejumlah masyarakat. Pasalnya, selama ini masyarakat setempat cukup lama bergantung pada BBM asal Malaysia.
Asri (35) warga Kecamatan Sebatik Timur mengatakan, selama ini masyarakat di Pulau Sebatik sangat bergantung dengan BBM asal Malaysia. Hal ini lantaran selain sangat mudah didapatkan harganya juga lebih murah.
“Bensin Indonesia harganya mahal, kalau punya Malaysia satu botol itu Rp 10 ribu, sedangkan punya Indonesia kalau dijual eceran harganya Rp 15 ribu. Tentu kalau kita lebih pilih minyak Malaysia,” kata Asri kepada benuanta.co.id, Rabu (17/7/2024).
Selain itu, ia juga mengaku jika Bensin Malaysia sangat mudah didapatkan di kios-kios kelontongan. Sementara APMS yang ada di Pulau Sebatik diakuinya tidak buka setiap hari.
Tak hanya dikeluhkan masyarakat umum, larangan menjual BBM Malaysia juga dikeluhkan oleh pemudinya rumput laut di Pulau Sebatik dan Pulau Nunukan.
Sultan, salah satu petani rumput laut Pulau Sebatik mengatakan, mewakili petani rumput laut yang sangat membutuhkan dan menggunakan BBM untuk operasional meminta agar BBM Malaysia diperbolehkan untuk diedarkan lagi.
“Kami minta agar larangan menjual BBM Malaysia itu dicabut, kami sangat membutuhkan BBM Malaysia khususnya kami ini yang bekerja sebagai petani rumput laut,” kata Sultan.
Senada dengan itu, Muh Irfan, petani rumput laut asal Mansapa, Kecamatan Nunukan Selatan mengatakan, selama ini ketika mengantri BBM di APMS seringkali kehabisan. Sehingga mereka terpaksa ke Pulau Sebatik untuk membeli BBM Malaysia karena sangat mudah didapatkan.
“Kami petani yang di Mansapa kalau ke APMS itu selalu tidak dapat Pertalite, jadi kami terpaksa ambil bensin Malaysia di Sebatik,” kata Irfan.
Sehingga, Irfan meminta agar Pemerintah Kabupaten Nunukan bisa memperhatikan kesejahteraan para pembudidaya rumput laut.
Dikatakannya, di Kota Tarakan sendiri, telah disiapkan APMS khusus untuk nelayan perikanan. Sehingga ia juga berharap di Nunukan bisa disediakan APMS khusus seperti itu.
“Di Tarakan itu ada AMPS yang khusus untuk nelayan, kita juga minta di Nunukan dibuatkan APMS khusus. Karena selama ini kita sering kehabisan kalau antri di APMS,” terangnya. (*)
Reporter: Novita A.K
Editor: Yogi Wibawa