benuanta.co.id, TANJUNG SELOR – Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) DP3AP2KB Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) mengenalkan 10 strategi intervensi dalam penurunan stunting.
Kepala Bidang (Kabid) PPKB DP3AP2KB Kaltara, Deddy Prasetya Noor memaparkan secara lengkap 10 strategi langkah pasti dalam intervensi serentak penurunan stunting 2024.
Strategi tersebut yakni memastikan dilakukan pendataan seluruh calon pengantin, ibu hamil, dan balita; memastikan seluruh calon pengantin, ibu hamil, dan balita datang ke Posyandu; memastikan alat antropometri terstandard tersedia di setiap Posyandu.
Memastikan seluruh kader Posyandu memiliki keterampilan dalam penimbangan dan pengukuran; memastikan penimbangan dan pengukuran menggunakan antropometri terstandard.
Memastikan intervensi pada seluruh calon pengantin, ibu hamil, dan balita yang mempunyai masalah gizi; memastikan seluruh calon pengantin, ibu hamil, dan balita mendapatkan edukasi; memastikan pencatatan hasil penimbangan dan pengukuran ke aplikasi Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPBGM) dan calon pengantin ke aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil (elsimil);
Memastikan dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap intervensi serentak; dan memastikan ketersediaan pembiayaan pelaksanaan intervensi serentak termasuk rujukan kasus ke fasilitas kesehatan.
“Kegiatan Pengukuran dan Intervensi Serentak ini dilakukan pada seluruh daerah, sehingga didapatkan data akurat by name by address. Nantinya sebagai dasar pemberian intervensi program yang semakin terarah dan tepat sasaran,” ujarnya Kamis, (13/6/2024).
Pengukuran dan Intervensi serentak sebagai gerakan bersama yang melibatkan semua kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota, hingga pemerintah desa untuk mencegah lahirnya anak stunting baru.
Sasaran Pengukuran dan Intervensi serentak ini adalah semua calon pengantin, ibu hamil, dan balita yang diharapkan datang ke Posyandu untuk dilakukan pendataan, penimbangan, pengukuran, edukasi, validasi, dan intervensi.
“Untuk itu, kesiapan sarana dan prasarana seperti antropometri yang terstandar, kader yang kompeten, dan tenaga kesehatannya dipersiapkan dengan baik,” pungkasnya. (*)
Reporter: Ike Julianti
Editor: Nicky Saputra