benuanta.co.id, TARAKAN – Bulan puasa tak lengkap tanpa kehadiran pasar Ramadan. Tiap tahun pasar Ramadan melengkapi kebutuhan masyarakat muslim yang menjalankan ibadah puasa Ramadan.
Seperti yang dikunjungi awak media Benuanta di Halaman Kantor Kelurahan Pamusian, Kota Tarakan pada Selasa, 12 Maret 2024. Tiap tahun lokasi ini memang menjadi langganan pasar Ramadan. Beragam takjil atau kudapan dijajakan. Tak ayal, pengunjung yang memburu takjil memadati pasar Ramadan.
55 stand pedagang disediakan pihak kelurahan di pasar Ramadan Pamusian. Biaya sewa stand sebesar Rp 400 ribu selama Ramadan. Biaya tersebut sudah termasuk biaya keamanan, listrik, kebersihan dan peralatan meja dan kursi.
“Mereka tinggal menaruh dagangan saja. Semuanya kita sediakan tenda dan meja. Kita juga retribusi ke pemerintah kota dalam hal ini PAD ke pemerintah. Tidak ada kenaikan tetap sama dari tahun-tahun sebelumnya, Rp 400 ribu selama satu bulan. Pokoknya mereka tinggal menempati,” jelas Sekretaris LPM Kelurahan Pamusian sekaligus pengelola pasar Ramadan, Sugiartono.
Pedagang takjil di pasar Ramadan, Sumiati mengatakan masyarakat antusias belanja jelang waktu berbuka puasa. Bahkan jualannya terjual hingga ratusan mika. Ia menjualkan dagangannya mulai dari harga Rp 7 ribu hingga Rp 20 ribu per bungkus.
“Buka jam 1 ramenya jam 5-an, jam 1 orang masih antar kue (ke stand pasar Ramadan),” jelasnya.
Salah seorang pengunjung Anisha, menuturkan, banyak pilihan takjil bisa ditemukan di pasar Ramadan, mulai kue basah hingga kering. Aneka es pun tersedia. “Harganya standar, normal, kan makin ke sini bahan juga pada naik,” jelasnya.
Bergeser ke Nunukan, Pasar Takjil di Nunukan, di Jl. Sanusi RT 06 Kelurahan Nunukan Barat masih menjadi primadona bagi warga yang mencari hidangan berbuka. Pantauan benuanta.co.id, di lokasi sejak pukul 16.00 Wita, ratusan warga terpantau hilir mudik memadati pasar yang hanya tersedia selama bulan Ramadan.
Setiap tahun pasar Ramadan di Blok 3 ini dibuka terutama pada bulan puasa seperti saat ini. Sebanyak 40 pelaku usaha berjualan aneka takjil mulai dari yang modern hingga tradisional.
Pedagang bernama Gladis, mengatakan menu sayuran yang menjadi favorit adalah daun singkong tumbuknya ludes terjual, hanya dalam hitungan menit, termasuk sambal terong pipit dan ikan asin.
“Untuk hari pertama, kita masak 35 menu, yaitu daun ubi, ikan asin goreng gami, paling favorit itu masakan tradisional daun ubi, terong pipit dimasak dengan udang kering, itu langka, agak sulit dicari terong pipitnya, untuk seporsi di jual Rp20.000,” kata Gladis, kepada benuanta.co.id.
Selain sebagai pedagang dia juga merupakan Ketua RT 06 Blok III, termasuk sebagai koordinator Pasar Ramadan. Dia menghimbau kepada pelaku usaha yang berjualan di pasar Ramadan agar menjaga kebersihan lingkungan dan, Gladis tegaskan bagi pelaku usaha yang ada di Blok 3 tidak menjual kembali makanan yang sudah bermalam.
“Kalau tidak laku, kalau bisa sumbangkan saja ke masjid, jangan dijual kembali supaya nama bazar Ramadan kita tetap terjaga,” jelasnya.
Halika, Salah satu pengunjung pasar Ramadan, mengatakan untuk berbuka puasa dan persiapan sahur keluarga, ia memilih membeli di pasar Ramadan, karena menurutnya lebih praktis ketimbang harus memasak.
“Beli sayur nangka, kue, cendol, kurma, persiapan buat buka puasa sampai sahur buat keluarga, bisanya masak tapi beli aja lebih praktis,” tandasnya.(*)
Reporter: Sunny Celine/Darmawan
Editor: Ramli