benuanta.co.id, TARAKAN – Sepanjang bulan Januari hingga bulan Februari 2024 tercatat 15 kejadian kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kota Tarakan yang ditangani Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tarakan.
Januari terdapat 3 kasus karhutla sedangkan pada bulan Februari ada 12 kejadian. Karhutla paling banyak terjadi di dua titik yaitu Kelurahan Pantai Amal dan Juata Laut Kota Tarakan.
Kepala BPBD Kota Tarakan, Yonsep menjelaskan kejadian tesebut merupakan bencana hidrometeorologi yang mengakibatkan beberapa hari lalu sempat terjadi Karhutla secara berturut.
Ia menjelaskan daerah kebakaran terjadi hampir merata di semua kecamatan yang ada di Kota Tarakan. Diantara semua kecamatan, intensitas tertinggi karhutla terjadi di bagian timur.
“Penyebabnya karena kondisi lahan mudah terbakar, masyarakat melakukan aktivitas perkebunan, dan masyarakat mempunyai kebiasaan saat kering membakar dan itulah mengakibatkan kebakaran lahan,” ujar Yonsep, Senin (26/2/2024).
Disinggung mengenai penanganan yang dilakukan BPBD, ia menjelaskan pihaknya langsung ke lokasi titik terbakar dan dipadamkan. Berbicara kendala, dari sisi akses ia mengakui adanya kesulitan yang pihaknya temui pada wilayah Kelurahan Pantai Amal yang terdapat kabel listrik yang meleleh.
Tak hanya itu saja, pada wilayah tersebut didapati batubara. Selain itu, pihaknya juga kekurangan tenaga sehingga mengharuskan BPBD full standby belakang ini.
“Harus siaga karena kondisi hidrometeorologi berdampak pada kekeringan yang bisa saja mengakibatkan kebakaran. Bisa juga berdampak terhadap banjir, hujan di atas rata-rata,” jelasnya.
“Daerah Kaltara ini khususnya itu adalah daerah yang masih di dalan kondisi yang dikhawatirkan adalah banjir. Untuk Tarakan itu, kekeringan dan bukan karena skalanya berbulan tetapi berminggu saja. Bagi kami dengan adanya siaga, kami sudah siapkan logistik,” tambahnya.
Ia membeberkan langkah yang harus diambil untuk mencegah terjadinya kejadian serupa ialah edukasi kepada masyarakat. Ia berharap pihak kecamatan untuk bersepakat agar sama-sama menjaga dan mengantisipasi Karhutla.
“Kita bukan melarang membakar. Tapi jagalah. Kebanyakan kasusnya kami datang ke sana kebanyakan begitu datang orangnya sudah tidak ada. Seolah-olah ada unsur kesengajaan dan mungkin juga mereka ada ketakutan karena tidak sanggup mematikan dan merambat,” pungkasnya.(*)
Reporter: Sunny Celine
Editor: Ramli