benuanta.co.id, TARAKAN – Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) menjadi satu-satunya lokasi untuk bernaung bagi primata berhidung panjang, besar, dan menggantung atau yang lebih dikenal Bekantan. Saat ini terdapat 34 satwa bekantan yang masih bermukim di KKMB Kota Tarakan.
Angka ini terbilang berkurang lantaran sebelumnya terdapat 41 bekantan yang hidup berdampingan di kawasan konservasi mangrove itu.
Pengelola KKMB Tarakan, Heri Misdiono mengatakan, lahan KKMB seluas 22 hektar itu tidak cukup untuk menampung populasi bekantan di Tarakan. Menurutnya, butuh teritorial yang luas untuk bekantan berkembang biak, sehingga hal itu menjadi salah satu faktor naik turunnya populasi bekantan di KKMB.
“Makanya di sini (KKMB) yang dominan hanya satu jantan saja. Jantan yang lain tidak dapat betina. Jadi, satu jantan menguasai betina yang ada di 22 hektar lahan KKMB ini,” kata Heri, Sabtu (24/2/2024).
Ia melanjutkan, satu jantan yang mendominasi betina ini membuat turunnya populasi bekantan di KKMB Tarakan. Padahal total jantan yang ada di KKMB sebanyak 3, sehingga jantan lain harus mengalah dan mencari betina di populasi lainnya. Pihak pengelola sudah mengupayakan untuk kedua jantan lain turut membuahi betina namun keduanya tak dapat mengalahkan Alfa milik jantan pertama.
“Akhirnya ya lambat perkembang biakannya. Itu jadi PR kita juga,” tambahnya.
3 jantan tersebut diberi nama Michael, Rafael dan Joe. Heri menjelaskan, sebenarnya untuk jantan dewasa, tidak bisa hidup berdampingan, namun di KKMB dapat terjadi. Kondisi ini terjadi, lantaran kedua jantan yakni Rafael dan Joe yang tak bisa mendapatkan betina, alhasil harus hidup berkelompok.
Sebelumnya, terdapat 2 jantan yang memiliki alfa yang cukup kuat, namun dikarenakan satu jantan mati, sehingga alfa tersebut hanya ada pada satu jantan yang tersisa.
“Dulu itu sempat bagus, karena yang satu mati ya diambil jantannya sama si Michael itu. Saat ini usianya sudah 15 tahun,” tuturnya.
Menurutnya dalam meningkatkan populasi bekantan cukup sulit, lantaran bekantan merupakan primata yang sensitif dengan tingkat stress yang cukup tinggi. Terdapat berbagai macam faktor yang membuat bekantan stress, baik dari faktor alam maupun manusia. Pun dengan faktor dari internal bekantan sendiri.
Heri menjelaskan, pada umumnya ketika bekantan memasuki usia 15 tahun adalah usia yang sangat rentan, jika stress terlalu tinggi maka bekantan akan mati. Pihaknya pun turut melakukan upaya seperti berinteraksi dengan memberikan pisang agar bekantan mendapatkan ketenangan. Dalam sehari, pihaknya memberikan jatah sebanyak 6 tandan pisang.
“Di sini ada 2 kelompok, itu kami berikan 3 tandan masing-masing kelompoknya. Biasanya kalau pagi sudah pada main-main bekantannya,” pungkasnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Nicky Saputra