NTP Semester 2 Bergerak Meningkat di Periode Lima Tahun Terakhir 

benuanta.co.id, TANJUNG SELOR – Pergerakan Nilai Tukar Petani (NTP) Semester 2 Kalimantan Utara (Kaltara) menampakan tren fluktuatif dengan kecenderungan meningkat selama periode 5 tahun terakhir.

Hal tersebut diungkapkan Kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltara, Mas’ud Rifai pada awal Semester 2 tahun 2019, NTP Kaltara sebesar 102,83 yang kemudian mengalami kenaikan menjadi 102,85 pada semester 2 tahun 2020.

Di Semester 2 tahun-tahun berikutnya, NTP Kaltara terus mengalami peningkatan yakni pada Semester 2 tahun 2021 menjadi sebesar 107,61 dan kembali meningkat pada Semester 2 tahun 2022 menjadi sebesar 108,66, hingga akhirnya pada Semester 2 tahun 2023 meningkat menjadi sebesar 111,40 atau sekaligus menjadi NTP Semester 2 tertinggi dalam 5 tahun terakhir.

Baca Juga :  Puncak Arus Mudik Nataru, 2.021 Penumpang Bertolak dari Pelabuhan Tunon Taka

“Kondisi NTP Semester 2 sejalan dengan perkembangan Indeks Harga yang Diterima (It) dan Indeks Harga yang Dibayar (Ib) petani Semester 2 secara umum yang juga terus mengalami kenaikan dalam lima tahun terakhir,” ucapnya Jumat (16/2/2024).

Pada Semester 2 tahun 2019, It bernilai 104,92 dengan Ib sebesar 103,03 dan terus mengalami peningkatan hingga nilai tertingginya di Semester 2 tahun 2023 dimana It bernilai 124,58 dan Ib bernilai 111,84. Dengan starting point It dan Ib yang hampir sama pada Semester 2 tahun 2019, terlihat bahwa perkembangan It terjadi lebih cepat dibandingkan perkembangan Ib sehingga gap diantara keduanya semakin jauh.

Baca Juga :  Jaringan Listrik PLTA Mentarang ke KIHI Mulai Disosialisasikan

Kondisi ini sebut Mas’ud sapaannya, menunjukkan kecenderungan nilai tukar produk hasil pertanian yang diterima oleh petani lebih tinggi dibandingkan nilai pengeluaran kebutuhan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi serta penambahan barang modal usaha pertaniannya.

“Perbandingan beberapa indikator Nilai Tukar Petani menunjukkan bahwa secara year-on-year 2022 terhadap 2021 terjadi peningkatan NTP sebesar 1,52 persen yang disebabkan oleh peningkatan It sebesar 4,86 persen atau lebih tinggi dibandingkan peningkatan Ib yang hanya sebesar 3,39 persen,” jelasnya.

Baca Juga :  Menko Zulhas Optimistis Penghentian Impor Gula Terlaksana pada 2025

Lanjut kata Mas’ud, komponen Ib yang terdiri dari IKRT dan IBPPBM menunjukkan bahwa secara year-on-year2022 terhadap 2021, IKRT mengalami peningkatan lebih rendah dibadingkan IBPPBM.

Kondisi year-on-year 2023 terhadap 2022 kembali menunjukkan adanya peningkatan NTP sebesar 2,45 persen. Peningkatan NTP ini dipicu oleh peningkatan It yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan Ib, atau dengan kata lain kenaikan harga yang diterima petani dari hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga yang dibayarkan petani untuk konsumsi rumah tangga dan produksi pertaniannya. (*)

Reporter: Ike Julianti

Editor: Nicky Saputra 

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *