benuanta.co.id, TARAKAN – Badan SAR Nasional (Basarnas) Tarakan mencatat sebanyak 26 kali kecelakaan SAR sepanjang 2023. Puluhan kejadian tersebut di antaranya kecelakaan kapal sebanyak 9 kali, dan Kondisi Membahayakan Manusia (KMM) 17 kali.
“Terakhir yang anak kecil terseret di parit besar itu,” kata Kepala Basarnas Tarakan, Syahril, Rabu (20/12/2023).
Dilanjutkannya, terdapat sebanyak 46 jiwa dalam kecelakaan kapal dan KMM sebanyak 17 jiwa dengan total 66 jiwa yang terdata di Basarnas Tarakan selama 2023. Adapun yang tak tertolong sebanyak 19 jiwa, hilang 5 jiwa dan 39 jiwa selamat.
“Tapi dibandingkan tahun lalu tingkat kejadian ini menurun. Kecelakaan kapal paling banyak itu kapal-kapal kecil, seperti speedboat. Ya kalau untuk aspek keselamatannya itu ada di instansi kepelabuhanan,” lanjutnya.
Adapun faktor paling mendominasi dari kecelakaan kapal sebenarnya adalah cuaca. Namun, menurutnya saat ini teknologi yang sudah maju tak bisa dijadikan alasan seseorang untuk tetap melanjutkan pelayaran meski kondisi cuaca tidak mendukung.
Pihaknya pun selalu mengimbau agar aktivitas perairan di wilayah Kaltara dapat memperhatikan warning cuaca dari BMKG.
“BMKG kita juga sudah canggih. Ada early warning. Kita harus waspada. Apalagi BMKG sudah pasang informasi ke media nelayan di Taraka. Jadi ya karena human error,” kata Syahril.
Sementara untuk kecelakaan SAR dengan kategori KMM, di antaranya seperti kejadian di daratan dan di sungai mulai dari diterkam buaya, orang hilang di hutan, terperosok dalam jurang, percobaan bunuh diri dan lainnya.
Syahril mengungkapkan terkadang banyak informasi atau laporan mengenai kehilangan jiwa yang tidak valid. Sehingga pihaknya harus menggali informasi dari laporan yang diterima. Mekanismenya, jika laporan terhadap korban jiwa yang hilang maka pihaknya akan membuka file aktif untuk memerintahkan personel bekerja selama 7 hari.
“Yang hilang itu sampai sekarang tidak ketemu. Mereka itu dilaporkan tenggelam. Kita cari tidak ketemu. Jadi kita kadang membuka file aktif nasional untuk mengetahui itu laporan valid atau tidak,” lanjutnya.
Jika informasi yang diberikan tidak akurat maka akan menyia-nyiakan anggaran negara untuk keperluan pencarian jiwa yang terancam keselamatannya.
“Ada uang negara di situ, apalagi ada pergerakan orang, barang, kapal di situ. Ada cost negara yang keluar untuk pencarian,” pungkasnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Yogi Wibawa