Kampung Ini Sering Kebanjiran tapi Warganya Tetap Bertahan

benuanta.co.id, NUNUKAN – Pemukiman warga RT 6 dan RT 7 Kampung Tembelunu dan Salid (Temulid), Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (kaltara), menjadi kawasan langganan banjir.

Banjir ini mulai menggenangi pemukiman warga di RT 7 kampung Tembelunu sejak Rabu 20 September 2023. Hingga saat ini, ketinggian air melebihi kepala orang dewasa, karena, perahu, kapal dan ketinting sudah masuk di pemukiman warga.

Suryansah, Warga Desa Atap, mengatakan banjir seperti ini warga sudah terbiasa karena wilayahnya yang dekat dengan sungai. Dia mengatakan banjir terjadi tergantung cuaca di wilayah hulu sungai Negeri tetangga yakni Malaysia.

Baca Juga :  Cegah Longsor, Warga Desa Atap Tanam Rumput Vetiver di Pesisir Sungai

“Kalau banjir buat kami di sini sudah biasa. Kita nggak bisa bilang sering, karena tergantung dari cuaca dan alam,” kata Suryansah, Jumat, 22 September 2023.

Kalau memang cuaca di hulu sungai di wilayah Malaysia hujan, maka akan terjadi banjir karena sepanjang sungai itu akan mengalir dan melewati beberapa kecamatan, mulai dari Lumbis Pansiangan, Lumbis Ogong, Lumbis, dan Sembakung Antulai, sedangkan wilayah Sembakung merupakan buangan air yang paling terlama sehingga banjir itu bisa terjadi berminggu-minggu.

Baca Juga :  Sadis! Pelaku Penikaman Teman Kerja di Sei Menggaris Mengaku Pernah Bunuh Mandornya di Malaysia

“Ini yang membuat banjir lama di kampung kami, tidak ada pembuangan air, yang begitu cepat seperti laut, contoh kaya di Kecamatan Sebuku, walaupun ada banjir surutnya cepat tidak berhari-hari,” jelasnya.

Suryansah juga menyebut ada perbedaan antara banjir akibat hujan di wilayah Sembakung dengan banjir akibat air dari Malaysia. Dia menyebut banjir yang dipicu air dari wilayah Malaysia bisa membuat rumahnya terendam berhari-hari.

“Lebih mending hujan di sini, dari pada hujan di Malaysia hulu sungai Lumbis Pansiangan, karena itu langsung dikirim. Kalau di sini hujan naik, terus surut lagi. Kalau misalnya kiriman dari Malaysia, itu berhari-hari, membuat warga harus membuat pungkau,” jelasnya.

Baca Juga :  KSOP Nunukan Dorong Perizinan Bongkar Muat LPG di Tanjung Batu

Walaupun kampung ini sering banjir dan merendam pemukiman warga berhari-hari warga terpaksa memilih bertahan. Sebenarnya ingin pindah rumah. Namun karena alasan ekonomi, mereka pun terpaksa harus tetap berada di kawasan langganan banjir. (*)

Reporter: Darmawan

Editor: Ramli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *