benuanta.co.id, TANJUNG SELOR – Jika biasanya garam diproduksi di pesisir laut, namun hal itu tidak untuk di daerah Krayan yang ada di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara). Sebuah desa kecil yang berbatasan langsung dengan Malaysia, garam Krayan dibuat di daratan tinggi alias pegunungan.
Diceritakan Camat Krayan Tengah Marjuni, garam Krayan memiliki cita rasa tersendiri, sehingga banyak para penjabat di Kaltara salah satunya gubernur, anggota DPRD dan pejabat lainnya ikut mengkonsumsi garam Krayan. Bahkan garam Krayan juga banyak dinikmati penduduk Malaysia dan Brunei Darussalam.
Saat ini produksi garam gunung banyak diproduksi di Pa’nado Desa Long Midang yang mana pemasaran garam tersebut ke Malaysia, Brunai Darussalam, Laos dan beberapa negara tetangga lainnya.
“Kenapa garam ini laku di jual, kalau kita masak sayur tidak berubah warna, warna sayur akan tetap hijau, itu keistimewaannya,” ucapnya, Sabtu (22/9/2023)
“Kalau ditanya kandungan yodium-nya saya kurang paham. Tapi kalau hasil penelitian dari Kaltim kadar yodium sangat bagus untuk kita konsumsi sehari-hari,” tambahnya.
Dalam memasaran garam Krayan ke luar daerah maupun luar negeri, saat ini garam tersebut sudah memiliki kemasan yang layak jual untuk menarik minat konsumen.
“Sekarang kita sudah punya kemasan yang bagus dan layak jual, di dalam kemasan itu juga kita tampilkan kadar yodium serta manfaat mengkonsumsi garam Krayan,”jelasnya.
Ia mengakui permintaan pasar dalam dan luar negeri untuk garam Krayan cukup besar, hanya saja persediaan yang ada tidak tercukupi.
“Kalau perbedaan harga jual di Malaysia lebih tinggi dari pada di Indonesia, karena hitungan perputaran uang beda dengan Indonesia,” ungkapnya.
Dalam sehari sebut Marjuni, produk garam Krayan bisa mencapai kurang lebih 20 kilo per hari. Dan yang produksi ada empat tempat, selain itu kata dia masih ada lokasi sumber garam yang belum dikelola sehingga ia berencana akan mengembangkan sumber tersebut.
Untuk lokasi garam Krayan yang ada di Long Midang, saat ini dikelola oleh individu melalui kelompok. Artinya ada kelompok pengelola yang berjadwal, misalnya satu kepala keluarga diberikan jadwal selama satu minggu. Selesai itu diganti lagi dengan kepala keluarga yang lain.
“Itu digunakan secara bersama, jadi semua masyakarat yang ada di lokasi itu bisa kelola, ini juga salah satu usaha yang menjanjikan karena harga jual satu kilo garam bisa Rp 40-50 ribu,” tuturnya.
Selain berpenghasilan dari pengelola garam, mayoritas masyakarat setempat juga berkerja sebagai petani yang mana mengahasilkan beras yang sangat berkualitas tinggi.
Saat ditanyai dukungan pemerintah untuk produksi garam Krayan, pemerintah daerah sangat mendukung. Bahkan pemerintah telah memberikan bantuan pembangunan pondok untuk pembuatan garam dan berupa alat masak garam.
“Bukan hanya bantuan berupa alat dan bangunan pondak, tapi pemerintah daerah juga membantu untuk mempromosikan garam Krayan, apalagi setiap ada kegiatan pamaren misalnya garam itu selalu ditampilkan,” ungkapnya.
Salain itu saat ditanyai kendala dalam produksi garam Krayan, diakuinya hanya pada persediaan stok kayu bakar. Sebab untuk membuat garam tersebut membutuhkan kayu bakar yang cukup banyak.
Selain itu, kata Marjuni, sumber air garam di desa tersebut memiliki kepercayaan tersendiri, salah satunya ada banyak para penjabat yang datang ke lokasi air garam Krayan untuk mandi. Sebab menurut kepercayaan yang berkembang, barang siapa yang datang kelokasi tersebut mandi maka karirnya akan lebih bagus. (*)
Foto : Ike Julianti
Editor: Yogi Wibawa