benuanta.co.id, TARAKAN – Indonesia diakui oleh bangsa luar karena memiliki kekayaan budaya yang tak padam, salah satunya kain tenun.
Selain memperkenalkan produk khas buatan Kalimantan Utara (Kaltara), rumah produksi tenun pakis Kaltara yang berada di Jalan Pulau Bunyu, Kelurahan Kampung Satu Skip, Kota Tarakan juga memberikan pelatihan kepada masyarakat terkait pembuatan kain tenun.
Saat ditemui benuanta.co.id, Owner rumah produksi tenun pakis Kaltara Yohanes menjelaskan, sebelumnya ia bergerak di bidang pengolahan kain tenun secara manual atau tradisional.
Seiring berjalannya waktu, pada 2 Januari 2018 PT Tenun Pakis Kaltara dengan produk tenun lima permata secara resmi memiliki izin usaha.
Yohanes mengatakan, ia memiliki 8 orang pekerja yang terdiri dari para lansia, janda maupun generasi muda.
“Saya memiliki alasan untuk mempekerjakan mereka agar dapat memperoleh penghasilan ditengah keadaan yang mereka alami,” ucapnya.
Yohanes menerangkan, produk yang ia tawarkan memiliki harga dan ukuran yang berbeda. Untuk kain berukuran 3 meter (M) x 80 centimeter (Cm) dikenakan harga Rp 1,3 juta, ukuran 1 setengah meter x 80 cm Rp 800 ribu, syal ukuran 1 setengah meter x 15 dan 20 cm dikenakan harga Rp 200 ribu.
Selain itu, taplak meja harganya Rp 500 ribu dengan ukuran 1 setengah meter x 50 cm, untuk sajadah dengan ukuran 1 setengah meter x 60 harganya Rp 500 rb.
“Tas selempang Rp 250 ribu, tas jinjing Rp 400 ribu dan bantal kursi Rp 300 ribu per bantal,” ungkapnya.
Yohanes menuturkan, berkat dukungan pemerintah, produk yang ia buat telah dikenal hingga luar negeri.
Salah satunya Kementrian Perdagangan dan Perindustrian yang telah memperkenalkan produknya hingga Amerika Serikat. Atas hal tersebut, pihaknya mendapatkan pembinaan selama 3 bulan untuk diarahkan memproduksi alat perlengkapan rumah tangga.
Yohanes menerangkan, pada oktober produknya akan dipromosikan ke luar negeri.
“Di antaranya bantal kursi, taplak meja, kain gorden, kain penutup jendela, produk tersebut akan dipromosikan ke luar negeri,” bebernya
Adapun sejumlah negara tetangga yang sudah membeli tenun lakis kaltara secara perorangan salah satunya Malaysia.
Selain itu, Yohanes telah berencana menjual produk tenun pakis kaltara seperti Jepang, Thailand, Singapura. Lantaran masih mengerjakan secara manual, Yohanes hanya mengekspor kain tenun diatas 50 lembar.
“Dalam setahun kami hanya melakukan ekspor sebanyak dua kali,” ujarnya.
Namun, apabila permintaan pasar semakin besar, ia berencana akan menambah volume produksi dengan menambah tenaga kerja.
PT Tenun Pakis Kaltara memiliki visi misi mendidik generasi baru dan memberikan pelatihan serta pendidikan ke masyarakat umum.
Di pertengahan tahun 2023, Yohanes telah memberikan pelatihan khusus wilayah Kaltara khususnya Kabupaten Malinau.
“Terdapat 48 orang peserta pada Juni lalu,” ungkapnya.
Dalam sebulan, Yohanes memproduksi 20 lembar kain, sedangkan untuk kain syal bisa diproduksi hingga 80 lembar perbulan dengan menghasilkan pemasukan mukai Rp 30 hingg Rp 45 Juta.
“Apalagi jika ada event dari pemerintah, pasti melebihi target yang telah ditentukan,” imbuhnya.
Ia mengakui jika produknya disasarkan kepada masyarakat menengah ke atas lantaran memiliki harga jual yang mahal.
Yohanes mengungkapkan, penamaan motif pakis kaltara memiliki nilai filosofis yaitu merangkul 4 kabupaten dan satu kota.
“Ada banyak tumbuhan pakis di Kaltara, kami merangkul dan menyatukannya dalam motif pakis Kaltara,” tuturnya.
Selain pakis kaltara, Yohanes juga memproduksi motif pakis borneo karena ada 3 negara yang ditumbuhi pakis seperri Malaysia, Thailand, dan Indonesia.
Selain itu ada pula motif lainnya seperti motif tempayan, burung enggang, burung tiung, batung semandak dan kantong monyet. (*)
Reporter : Okta Balang
Editor: Yogi Wibawa