benuanta.co.id, BERAU – Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kabupaten Berau kembali langka. Puluhan kendaraan harus antre di SPBU selama berjam-jam untuk mendapatkan pertalite maupun BBM lainnya.
Terpantau pada Senin (28/8/2023) lalu beberapa SPBU di Bumi Batiwakkal kendaraan roda dua sudah mengantre sebelum buka bahkan antrean mencapai 250 meter.
Kasubag Bina Perekonomian Setkab Berau, Indah Ariani, mengatakan bahwa penyebab kelangkaan BBM ini berasal dari masalah pengiriman.
“Kapal pengiriman sempat terhenti karena ada tongkang batu bara yang kandas dan sungai mengalami pasang surut. Oleh karena itu, harus menunggu tongkang itu terlebih dahulu,” ungkapnya, Selasa (29/8/2023).
Indah menjelaskan bahwa pada Senin (28/8/2023) siang ini, semua SPBU di Kota Sanggam telah disuplai dengan pertalite.
“Kapal baru bisa sandar untuk memuat BBM pada hari Minggu yang lalu,” ucapnya.
Namun demikian, Indah mengatakan bahwa pasokan BBM jenis pertalite diharapkan akan kembali normal pada hari ini.
“Semua BBM sudah terdistribusi pada siang ini. Semoga keadaan kembali normal besok,” ujarnya.
Terpisah Area Manager Communication REL dan CSR Patra Niaga Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra, menambahkan tidak tahu persis penyebab pasti mengularnya antrean BBM tersebut.
Sebab, saat ini pihaknya mengklaim stok masih tersedia untuk 10 hingga 15 hari ke depan.
“Sehingga secara stok tidak ada kelangkaan,” bebernya.
Menurut Peraturan Presiden RI Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.
Berau ditetapkan sebagai daerah penerima BBM pada 2023 ini sebanyak 55.895 Kiloliter.
Kata Arya bahwa hingga Juli 2023 lalu, Patra Niaga telah menyalurkan BBM sebanyak 33.960 Kiloliter.
“Sementara, sisa stok yang bakal didistribusikan selama sisa masa pada 2023 ini, sebanyak 22.025 Kiloliter. Patra Niaga diminta oleh Pertamina dan Pemerintah untuk menyalurkan sesuai kuota hingga Desember 2023,” ucapnya.
Saat dikonfirmasi terkait asupan BBM untuk gerai Pertashop yang tersebar di Tanjung Redeb, Arya Yusa menjelaskan bahwa, distribusi bergantung pada jumlah permintaan pihak ketiga.
“Bila pihak pengelola membutuhkan asupan stok BBM, baru akan dikirim. Jumlahnya sesuai permintaan pengelola. Artinya jika ada permintaan dari mitra Pertashop maka akan dikirim. Jika tidak ada permintaan tidak dikirim,” imbuhnya.
Ia pun menjelaskan bahwa antrean panjang yang terjadi, kemungkinan diakibatkan oleh pengisian BBM yang membutuhkan waktu.
“Seperti truk pengantre solar. Sementara untuk kendaraan roda 2 dan 4, diakibatkan permintaan yang melonjak secara tiba-tiba dalam waktu yang bersamaan,” bebernya.
Oleh karena itu, pihaknya menyarankan untuk kendaraan dengan CC kecil untuk mengisi BBM jenis pertamax.
“Agar tak mengular pada antrean jenis pertalite,” tuturnya.
Bila tak berhasil mengurai antrean, pihaknya bakal menurunkan APH untuk membantu melancarkan arus lalu lintas di sekitaran lokasi SPBU.
“Itu mengapa kami menyarankan untuk kendaraan kecil dengan spesifikasi seharusnya BBM RON 92 untuk beralih ke Pertamax,” ujarnya.
Lebih jauh, ditanya soal perilaku oknum ‘Pengetap BBM’ yang berujung pada antrean panjang di SPBU, dia menjawab tak dapat memastikan hal tersebut.
Sebab, lain kewenangan pihaknya. Dia mengatakan hanya memastikan, bila terdapat oknum pekerja di SPBU yang bersekongkol dengan para pengetap, pihaknya tak segan untuk membawa oknum tersebut ke meja hijau.
“Namun jika ada indikasi pekerja Patra Niaga terlibat yang menyebabkan kesulitan penyaluran BBM bisa dilaporkan ke aparat hukum setempat,” pungkasnya.(*)
Reporter: Georgie
Editor: Ramli