Pedagang Kopi Keliling Tawarkan Produk Kopi Lokal 

benuanta.co.id, TARAKAN – Penjual Kopi Keliling (Kopling) mulai menjamur di Kota Tarakan. Peminatnya pun dari berbagai usia, selain harganya murah dan terjangkau biji kopi yang digunakan juga berasal dari Kalimantan Utara (Kaltara).

Sakti, Pemilik challik Coffee menjelaskan, Chalik merupakan bahasa sunda yang memiliki arti duduk, jika disederhanakan adalah duduk ngopi. Konsep angkringan atau berjualan dipinggir jalan ditujukan untuk anak muda yang menyukai kesederhanaan. Selain itu konsep kopling bisa berpindah-pindah tempat.

Ia menilai, konsep angkringan di Kota Tarakan masih dapat dihitung dengan jari, namun untuk daerah Jawa, konsep ini sudah menjamur dimana-mana.

“Saya menggunakan biji kopi lokal Kalimantan Utara (Kaltara),” ucap sakti saat berada di area Islamic Center.

Sakti menerangkan, kopi yang ia gunakan adalah kopi jenis arabika dan robusta yang berasal dari Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan. Selain berjualan kopi, Sakti juga berniat mengenalkan kopi lokal khas Kaltara kepada masyarakat.

Baca Juga :  Rute Kapal Tarakan – Surabaya Kini dalam Tahap Pembahasan

“Kopi lokal harganya terjangkau, satu kilo kopi arabika dan robusta dikenakan harga Rp 60 ribu per kilo, tapi belum termasuk biaya sangrai kopi atau tahap mengolah biji kopi,” terangnya, Rabu (9/8/2023).

Sakti memiliki alasan untuk mengadu nasib di Kota Tarakan, hal tersebut lantaran kota yang berjuluk bumi Paguntaka memiliki jumlah penduduk terbanyak se Kaltara.

“Target pasar adalah mahasiswa, karena mahasiswa hobinya nongkrong sambil mengerjakan tugas kuliah” ungkap Sakti sambil menyeduh kopi tubruk.

Dalam dunia bisnis, persaingan merupakan hal yang lumrah. Ia menganggap jika masing-masing tempat usaha memiliki pasarnya sendiri sekalipun ada banyak cafe maupun kedai yang menawarkan konsep yang terkesan mewah.

Sakti mengatakan, challik coffee buka mulai pukul 19.00 WITA hingga pukul 00.00 WITA. Untuk sementara ia fokus berjualan di area Islamic Center. Jika terdapat keramaian masyarakat ia akan berjualan di tempat tersebut.

Baca Juga :  Ekspor Perikanan Kaltara Meningkat di Semester Pertama 2024

“Pengunjung mulai rame sejak pukul 21.00 WITA,” ucap pria yang baru berjualan 4 hari di Kota Tarakan.

Sakti membeberkan, terdapat sebelas menu yang ia tawarkan kepada pengunjung dengan menu andalan minuman dingin. Kopi yang ia tawarkan cukup terjangkau Rp 10 ribu hingga Rp 18 ribu, hal itu dikarenakan menyesuaikan harga kopi lokal yang terjangkau.

“Saya beli kopi dengan harga murah, karena kopinya pun lokal patutlah jika saya menjualnya murah, namun, jika harga kopi lokal naik, saya akan menyesuaikan harga tersebut,” ujar pria kelahiran 27 tahun tersebut.

Ia mengaku sebelumnya ia menjajakan dagangannya di sejumlah tempat di Kota Tarakan seperti Pantai Amal dan Islamic Center. Lantaran berjualan di tempat yang tidak seharusnya, Sakti terpaksa harus mencari tempat yang baru.

Baca Juga :  Telkomsel Rayakan Hari Pelanggan Nasional dengan Semangat Tanpa Henti Melayani dari Hati

“Kemarin jualan di tempat yang salah karena itu tempat parkir mobil akibatnya ditegur deh, saya sadar diri dan mencari tempat yang layak berjualan,” tutur Sakti diiringi senyuman.

Untuk mendukungnya berjualan, Sakti menggunakan sepeda motor jenis GL Pro cc 160 tahun 1996. Untuk modal usaha ia harus merogoh kocek sekitar Rp 6 juta. “Harga peralatan kopinya cukup mahal,” tutupnya.(*)

Reporter: Okta Balang

Editor: Ramli

Calon Pemimpin Kaltara 2024-2029 Pilihanmu
798 votes

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *