benuanta.co.id, TARAKAN – Lembaga pemerintah memprediksi kekeringan akan melanda Indonesia hingga ahkir tahun 2023. Lantas, bagaimana para petani mempersiapkan dampak yang ditimbilkan dari fenomena tersebut.
Lukas (57) petani sayur di Kota Tarakan menjelaskan, saat ini ia menanam 3 jenis sayur-sayuran seperti kangkung, bayam daun sop atau seledri. Guna menghadapi musim kemarau yang berkepanjangan Lukas hanya mempersiapkan profil tank air 1.200 liter dengan cara membeli seharga Rp 70 ribu.
“Kalau ada hujan, tanaman tidak perlu disiram,’’ ucap Lukas saat berada di Jalan Gunung Amal, Kelurahan Kampung Enam, Kecamatan Tarakan Timur.
Ia mengatakan, kemarau baru terjadi 7 hari belakangan, uniknya hujan tetap turun menyirami tanaman miliknya. Tingginya suhu matahari membuat sejumlah tanamannya menjadi kering.
Lukas mengaku, enam bedeng yang ia tanamin bibit pun mati lantaran disebabkan oleh musim kemarau yang berkepanjangan, sehingga ia mengalami kerugian sebesar Rp 50 ribu. Hal tersebut belum terhitung dengan pupuk dan biaya lainnya.
“Jika tidak ada hujan saya mengalami kerugian, bibit saya jelas mati,” terang Lukas.
Lukas menerangkan, untuk kangkung dan sawi bisa di panen sebulan dua kali, untuk bayam dapat dipanen sebulan sekali.
“Jadi, masa pembibitan selama 14 hari lalu dipindah kembali,” tutur Lukas saat duduk di pondok miliknya.
Lebih dalam Lukas mengatakan jika musim kemarau bukanlah hal yang harus dihindari. Ia mengaku jika kemarau di Kota Tarakan tidak terlalu parah seperti di daerah lain.
“Paling lama kemarau dua minggu sisanya disusul hujan lagi,” tutupnya.(*)
Reporter: Okta Balang
Editor: Yogi Wibawa