benuanta.co.id, TARAKAN – Lantaran populasi sapi lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan daging masyakarat Kota Tarakan. Maka pemerintah mendatangkan sejumlah sapi dari Provinsi Gorontalo. Namun, hal tersebut malah menuai protes dari sejumlah peternak sapi yang merugi, belum lagi soal gonjang-ganjing dugaan pungli yang dilakukan oleh oknum terhadap peternak yang memasukan sapi dari luar Tarakan jelang Idul Adha, beberapa waktu lalu.
Kepala Dinas ketahanan pangan dan pertanian (Dispangtan) Kota Tarakan, Elang Buana membeberkan secara nasional ada kenaikan harga sapi pada tahun 2022 dan 2023. Bahkan masyarakat pun menurutnya mengetahui kenaikan harga tersebut. Elang menilai para peternak membeli harga sapi disaat mengalami kelangkaan, hal tersebut yang menyebabkan para petani mengalami sejumlah kerugian.
Elang menuturkan, saat Idul Adha 2023 lalu masyarakat Kota Tarakan membutuhkan sekitar 1.400 ribu ekor sapi. Populasi sapi lokal diperkirakan hanya 200 ekor. Sementara, untuk pemenuhan daging sapi masyarakat Kota Tarakan membutuhkan sebanyak 6 ribu ekor. Satu sisi, pihaknya wajib menyediakan pangan sehat, aman, dan terjangkau kepada masyarakat. Jika terjadi kelangkaan pangan maka ia dinilai tidak kompeten dalam menjalankan tugasnya.
‘’Untung dan rugi yang dialami produsen merupakan hal biasa,’’ ucapnya saat ditemui benuanta.co.id di ruanganya.
Elang mengisahkan, pada tahun 2022 lalu, pihaknya sempat mengalami kekurangan terhadap stok sapi. Guna memenuhi kebutuhan daging masyarakat Tarakan, Dispangtan menerima kiriman daging sapi agar sapi betina yang produktif tidak dipotong.
Ia menuturkan, bahwa sapi yang didatangkan dari Provinsi Gorontalo merupakan hasil usulan dan kerja sama dari Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan. Namun begitu, beberapa pekan lalu pihaknya mendapati sejumlah sapi yang diberangkatkan dari Toli-Toli. Lantaran tidak memiliki surat keterangan dari Balai Karantina, maka sejumlah sapi tersebut ditolak masuk ke Kota Tarakan.
‘’Dahulu untuk harga hewan ternak seperti sapi dan kambing mengalami kelangkaan, itu sebabnya saya datangkan sapi dari daerah Gorontalo,’’ ungkapnya pada Selasa (11/7/2023).
Saat melakukan kunjungan kerja ke Gorontalo, sempat disinggung bahwa pedagang sapi pendatang wajib menjual kepada pedagang lokal, bukan secara perorangan. Namun, Elang menjelaskan jika ada banyak pedagang sapi lokal yang justru mendatangkan sapi dari Gorontalo.
‘’Seharusnya para pedagang sapi lokal melakukan interaksi kepada kami agar dapat mengetahui harga yang sebenarnya. Saya menegaskan bahwa bukan pedagang Gorontalo yang menjual sapi di pinggir jalan, melainkan ada banyak pedagang sapi lokal yang malah mendatangkan sapi dari Gorontalo,’’ bebernya.
Lebih dalam Elang menjelaskan, bahwa Kota Tarakan bebas dari sejumlah penyakit ternak. Hal tersebut karena pihaknya menjaga sejumlah sapi yang masuk melalui jalur tikus. Ihwal masuknya sapi melalui jalur yang tidak resmi, disebutnya merupakan tanggung jawab Balai Karantina dan tanggung jawab bersama.
‘’Seharusnya Balai Karantina bukan hanya menjaga di pelabuhan resmi, melainkan juga menjaga disejumlah jalur tikus guna menghindari masuknya sapi illegal,’’ katanya.
Ihwal pengawasan tentu pihaknya tidak bisa jalan sendiri. Bahkan, sebelum Idul Adha ada banyak sejumlah hewan ternak yang mencoba masuk ke Tarakan dan hal tersebut berhasil dicegah.
‘’Sapi yang masuk tanpa sepengetahuan dari pemerintah sangatlah berbahaya,’’ ujarnya.
Saat didampingi staffnya, Elang menegaskan bahwa ia telah menyampaikan ke sejumlah pengusaha maupun staff agar tidak memberikan atau menerima uang dari siapapun. Ditegaskannya, sapi yang tidak melengkapi dokumen dan persyarakat sudah tentu ditolak.
‘’Saya pastikan tidak ada anggota saya yang meminta uang tebusan kepada sejumlah pedagang. Sekali lagi saya tegaskan dan saya yakin bahwa tidak ada staff saya yang berani melakukan hal tersebut,’’ tutupnya. (*)
Reporter: Okta Balang
Editor: Nicky Saputra