benuanta.co.id, BERAU – Jumlah pemotongan ternak sapi di Kabupaten Berau rata-rata per tahun sekitar 3.000 ekor sehingga bila tidak ada pemasukan ternak potong dari luar daerah, diprediksi 3-4 tahun ke depan ternak lokal akan habis.
Tak hanya itu, Kabupaten Berau juga membutuhkan regenerasi peternak untuk memenuhi kebutuhan daging di masyarakat.
Hal itu diungkapkan Kasi Bina Usaha, Promosi dan Pemasaran Hasil Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau, Widodo menyebut, populasi terakhir ternak sapi pada bulan April kisaran 12.652 ekor.
“Termasuk semua jenis sapi, baik pedet atau anak sapi hingga sapi dewasa jantan maupun betina,” ungkapnya, Minggu (4/6/2023).
Sehingga dirinya telah melakukan beberapa upaya agar hal itu tidak terjadi seperti program kawin suntik untuk peningkatan populasi supaya terhindar ketergantungan dari pejantan yang ada.
“Karena ternak jantan banyak diperlukan untuk kebutuhan potong konsumsi. Pengadaan ternak baik berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Berau maupun Provinsi Kaltim untuk menambah jumlah populasi ternak sapi,” ujarnya.
Di samping itu, Ia menjelaskan para pemotong ternak konsumsi juga harus banyak mendatangkan sapi dari luar daerah untuk dipotong.
“Karena memang tidak bisa bergantung dengan populasi sapi lokal. Dan sepertinya ada banyak juga aspirasi dewan tapi jumlahnya belum bisa dipastikan karena masih dalam survei harga,” ucapnya.
Lebih lanjut, pihaknya menjelaskan program kredit lunak yang bekerja sama dengan pihak jasa perbankan untuk menambah modal peternak dan lainnya dapat menunjang penambahan populasi ternak sapi di Kabupaten Berau.
“Salah satu kendala kurangnya ketersediaan sapi ini meliputi, kurangnya minat peternak untuk budidaya sapi,” tuturnya.
Sehingga regenerasi peternak kurang, menurutnya adalah generasi muda lebih tertarik pada sektor lain seperti, menjadi karyawan di pertambangan.
“Saat ini banyak peternak yang sudah tua. Permodalan peternak relatif kurang karena harga bibit sapi mahal, minat dan modal peternak kurang, resiko beternak tinggi dan lainnya,” bebernya.
Kendati demikian memang diakuinya, ada beberapa peternak milenial yang cukup berhasil di Kecamatan Kelay, Sambaliung dan Talisayan. Tapi, menurutnya jumlahnya kalah banyak.
“Yang saya amati, minat peternak milenial masih kurang hanya beberapa yang masih diusia produktif, selebihnya peternak banyak yang sudah tua yang masih tertarik pada sektor peternakan,” pungkasnya. (*)
Reporter: Georgie Silalahi
Editor: Ramli