KKMB Tarakan Dibiarkan Terbengkalai?

KAWASAN Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan tak lagi semenarik dahulu. Salah satu destinasi wisata yang sempat menjadi tujuan utama pelancong luar negeri itu, kini sudah tak bisa diandalkan. Apakah KKMB dibiarkan terbengkalai?

Pertanyaan tersebut pasti akan terjadi bila KKMB Kota Tarakan tak diperhatikan dengan baik. Daya tarik wisata di Provinsi Kaltara ini sangat memungkinkan untuk menyedot Pendapatan Asli Daerah (PAD) bila fasilitas dan pengelolaanya dimaksimalkan kembali.

Kawasan hutan Mangrove yang begitu asri dan menyejukan pandangan karena hijaunya jajaran berbagai jenis pohon Mangrove di dalamnya, tentu membuat nyaman para pengunjung. Belum lagi jika kita menapaki kaki di atas papan ulin yang berjajar sepanjang jembatan mangrove, kita akan bertemu satwa langka Kalimantan, yakni Bekantan yang sangat dilindungi habitatnya.

Selain hutan Mangrove, lokasi ini juga merupakan rumah bagi berbagai habitat kera yang setiap harinya menampakan diri di atas pepohonan Mangrove. Kawasan yang pertama kali ditetapkan pada 2001 dengan luas 9 hektar ini, kembali diperluas pada 2006 menjadi 22 hektar.

Baca Juga :  Tumpah Ruah Pengunjung di Pasar Ramadan Marconi

Namun begitu, kistimewaan KKMB ini tak lagi bisa sepenuhnya bisa dirasakan warga Tarakan maupun menjadi PAD Provinsi Kaltara. Sebab, lahan KKMB yang merupakan milik PT Pelindo tak bisa kembali difungsikan oleh Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltara.

Berita Terkait :

Wakil Kordinator Lapangan KKMB Tarakan, Sujadmiko mengatakan tak jarang kawasan ini masih menjadi tujuan utama para wisatawan lokal maupun mancanegara. Meski tak lagi seramai sebelumnya, KKMB yang berada di jantung Kota Tarakan ini jika dimanfaatkan masih terbilang menjadi daya tarik.

Semenjak terjadinya tarik ulur pengelolaan KKMB, pengunjung terpantau mulai menurun ditambah masuknya Covid-19, hampir tak ada pengunjung ke KKMB yang dibuka setiap harinya itu. Hal itu diperparah dengan kondisi KKMB yang sudah tak terawat. Pengunjung enggan bertandang ke KKMB lantaran fasilitas penunjang di dalamnya yang kurang memadai.

Baca Juga :  Nyepi 2023, Beragam Makna Dibalik Busana Sembahyang Umat Hindu

Jembatan yang licin dan beberapa lantai jembatan yang rapuh ikut mempengaruhi penurunan pengunjung ke KKMB. Beberapa warga mengakui ke Sudjatmiko khawatir dengan kondisi lantai yang rapuh dan licin tersebut. Mengetahui hal itu, pihaknya sebisa mungkin memperbaiki lantai jembatan seadanya.

RUSAK: Bangunan di KKMB yang dahulunya digunakan untuk fungsi usaha seperti penjualan cinderamata dan makanan minuman.

“Biasanya kalau untuk jembatan yang rusak atau bolong, kami perbaiki dengan teknik pasang sulam karena papan tersebut tidak bisa langsung diganti semua, dan untuk jembatan yang licin akan dilakukan penyikatan,” ujarnya saat dijumpai benuanta.co.id pada Senin, 6 Maret 2023.

Tak semua lantai jembatan bisa diperbaiki pihaknya, hal itu karena luasnya kawasan KKMB. Lantai jembatan yang diperbaiki hanya jembatan yang biasa dilalui para pengunjung KKMB. Adapun lantai jembatan yang jarang dilalui pengunjung, hingga saat ini terpantau rusak dan rawan untuk dilintasi.

Baca Juga :  Masih Maret, Penerimaan Pajak Tarakan Lampaui Target Nasional

Selain fasilitas, kebersihan juga menjadj faktor kurangnya pengunjung pada kawasn KKMB saat ini. Keberadaan sampah ini menjadi salah satu perhatian pihaknya, dan selalu dibersihkan setiap dua hari sekali.

“Sampah dari pengunjung itu minim sekali, tetapi kalau air laut pasang dan sampah masuk itu banyak dan sulit untuk dibersihkan. Jaring untuk menghambat sampah laut di KKMB sudah lama jebol, itu juga salah satu kendala kami saat ini,” tambahnya lagi.

“Kami hanya petugas lapangan, upaya yang kami lakukan hanya memperbaiki fasilitas yang sudah ada di kawasan KKMB tersebut,” pungkasnya. (*)

Reporter: Hendra Rivaldo

Editor: Nicky Saputra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *