Bawaslu Bulungan Temukan Berbagai Persoalan Selama Coklit

benuanta.co.id, BULUNGAN – Pengawasan terhadap pencoklitan data dari petugas pemutakhiran data pemilih (Pantarlih), terus dilaksanakan oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Bulungan, hal ini supaya tidak terjadi persoalan.

Ketua Bawaslu Bulungan, Ahmad mengatakan dalam coklit ini, pihaknya menemukan beberapa persoalan yang menarik. Pertama kendala yang ditemukan, pantarlih sesuai dengan jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) yakni 480 TPS, sementara pengawas desa hanya 1 orang dalam 1 desa dimana jumlah desa kelurahan di Bulungan mencapai 81.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1590 votes

“Itu sudah menjadi kendala pertama, karena tidak imbang antara pantarlih dengan teman-teman pengawas,” ujar Ahmad kepada benuanta.co.id, Senin 6 Maret 2023.

Baca Juga :  Hadi Ungkap 1.900 Mahasiswa Terindikasi Korban TPPO di Jerman

Permasalahan kedua yang ditemukan Bawaslu, data yang diberikan oleh KPU kepada pantarlih tidak semuanya dibagikan kepada pengawas desa. Sehingga ada kesulitan dalam hal pengawasan.

Kemudian masalah ketika, masih menemukan petugas pantarlih awalnya tidak sesuai dengan aturan, misalnya tidak langsung turun ke lapangan.

“Ada yang tidak memasang stiker, ada pasang stiker dulu baru datangi untuk coklit. Ada juga tidak didatangi itu terkonfirmasi semua,” ucapnya.

Untuk itu petugas pengawas desa pun melakukan pencegahan misalnya tidak turun, maka diimbau agar turun ke lapangan. Pengawasan lain, karena pihaknya tidak dapat membekap semua, pengawas desa melakukan beberapa cara.

Baca Juga :  Yusril: Permohonan Timnas AMIN Kebanyakan Narasi dan Asumsi

“Itu dengan metode uji sampling atau uji petik, sudah kami sampaikan kepada teman-teman pengawas, minimal 10 KK perhari, itu sudah berjalan,” paparnya.

Ahmad menuturkan, temuan lainnya yaitu ada pemilih yang memilih saat Pemilu 2019 saat di coklit di DP4 namanya tidak muncul lagi. Ada juga pemilih yang telah meninggal dunia namun namanya masih ada.

“Ada juga pemilih yang datanya lama setelah pembaharuan sudah tidak muncul. Itulah yang kita rekomendasikan untuk Disdukcapil melakukan jemput bola,” tuturnya.

Lalu perusahaan yang ada potensi pemilih, pihaknya menyarankan KPU untuk membuatkan TPS khusus. Kemudian ada temuan warga yang berada di Kilometer 57 perbatasan Bulungan Berau, yang mana awalnya berada di kawasan Desa Binai saat ada perubahan kini masuk dalam Desa Sajau Metun.

Baca Juga :  Ganjar-Mahfud Tiba di MK untuk Ikuti Sidang PHPU

“Rata-rata kita temukan petugas pantarlih yang tidak turun, terutama diwilayah yang mereka sudah saling mengenal. Contoh misalnya Peso dan Peso Hilir, mereka hanya coklit dirumah saja itu kami sampaikan pelanggaran ini. Walaupun saling mengenal harus turun, siapa tahu di rumah tersebut ada data potensial baru,” pungkasnya. (*)

Reporter: Heri Muliadi

Editor: Nicky Saputra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *