benuanta.co.id, TANJUNG SELOR – Tahun ini Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltara seriusi pencegahan 3 penyakit yang menyerang sistem kekebalan imunitas tubuh manusia yaitu HIV AIDS, Malaria, Tuberkulosis.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltara Usman mengatakan bahwa pencegahan bisa dilakukan dengan (3) tiga hal. “Misalnya tidak ada lagi stigma, kemudian mencegah tidak ada lagi infeksi baru, dan juga bagaimana supaya tidak ada kematian dari penyakit HIV AIDS dan ini sudah komitmen global,” ucapnya, Rabu (1/3/2023).
Waluapun masa kini katanya seluruh tim kesehatan di seluruh dunia sedang berupaya bagaimana mencegah dan suspek secara dini HIV AIDS.
“Penyakit AIDS ini bisa dicegah penularannya dan intens beri pengobatan,” tuturnya.
Sedangkan untuk penyakit Tuberkulosis (TBC) Dinkes Kaltara kini sudah mempersiapkan berbagai jenis obat-obatan.
“Dinas Kesehatan kini sudah menyiapkan obat jadi kita dan saya sudah koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota supaya cekatan menemukan kasus dan gejala yang dialami masyarakat dengan lakukan pengobatan sampai sembuh,” tuturnya.
Soal bagaimana cara menemukan suspek sedini mungkin gejala TBC, katanya bisa dilihat saat pasien datang ke fasilitas kesehatan.
“Bisa dilihat saat pasien datang ke Puskesmas, ke Poli Klinik. Kalau ada pasien punya gejala batuk misalnya lebih dari 3 minggu, kemudian berat badannya menurun, lalu berkeringat di malam hari tanpa aktivitas, selera makan tidak ada gejala tersebut bisa kita jadikan suspek,” jelasnya.
“Ketika pasien dijadikan suspek maka harus dilaksanakan pemeriksaan sputum atau dahaknya lalu kita periksa dahaknya apakah dia TBC positif atau tidak,” kata Usman saat ditemui benuanta.co.id di dalam ruang kerjanya.
Namun jika tidak ditemukan suspek TBC dari pasien tersebut, kata Usman supaya dilakukan periksa ulang atau beri pengobatan.
“Lalu nanti dua minggu kemudian kita suruh pasien supaya datang periksa kesehatan lagi apakah tidak sakit lagi atau masih berlanjut, karena pengobatan TBC ini bisa sampai 6 bulan lamanya,” bebernya.
Usman menjelaskan dalam proses pemulihan sakit TBC harus ada Pengawas Minum Obat (PMO).
“Jadi sebenarnya dalam pengobatan TBC itu kita butuh namanya Pengawas Minum Obat atau PMO yaitu dari pihak anggota keluarga pasien apakah pasien minum obat secara teratur atau tidak karena pasien TBC tidak boleh putus minum obat selama 6 bulan takutnya nanti meningkat gejalanya sampai dengan injeksi atau disuntik,” ungkapnya.
Kemudian ada kasus malaria, Usman menyebutkan meskipun bukan termasuk kategori kejadian luar biasa (KLB) dan endemis tinggi.
“Tetapi ada spot-spot tertentu dan desa-desa tertentu yang masih ada kasus malarianya. Seperti di Bulungan ini di perbatasan Bulungan-Berau itu ada kasus-kasus Malaria,” imbuhnya.
Diungkapkannya bahkan ada kasus malaria dari penularan setempat yaitu ditemukannya kasus malaria menyerang imunitas tubuh bayi atau balita.
“Itu salah satu indikator penularan setempat. Ya tapi kita tetap melakukan pencegahan apalagi kasus malaria ini kita berusaha agar 5 kabupaten kota di Kaltara bisa mendapat sertifikasi bebas malaria,” katanya.
Sementara itu, katanya sebagai informasi saat ini sudah ada 3 daerah telah tersertifikasi bebas malaria.
“Sekarang sudah ada 3 daerah yang sudah tersertifikasi bebas malaria. Yaitu Tarakan, Nunukan dan KTT. Yang kita kejar tersertifikasi bebas malaria yaitu Bulungan dan Malinau. Karena memang masih ada desa-desa tertentu terjadi kasus malaria,” tuturnya.
Lanjutnya, untuk obat-obatan cegah kasus malaria di kabupaten kota tersedia.
“Ini juga butuh ketaatan untuk minum obat. Jangan sampai saat minum obat hanya satu hari saja. Misalnya disuruh 3 hari ya 3 hari konsumsi obatnya karena kalo sehari saja itu bisa resisten dan program cegah malaria tetap jalan,” pungkasnya.(adv)
Reporter: Georgie Silalahi
Editor: Ramli