benuanta.co.id, TARAKAN – Datu Abdul Hamid Ibni Datu Bendahara Paduka Raja Sultan Bulungan menemukan stempel dan lambang panji Kerajaan Bulungan dan Tidung.
Stempel dan lambang panji ini diserah terima langsung kepada Amiril Pengiran Haji Mochtar Basry Idris atau penerus Maharajalila III pada Senin, 20 Februari 2023 di Baloy Mayo (istana) Adat Besar Tidung Amiril Pengiran Jamaloel Qiram yang terletak di Jalan Yaki Bagu, Karang Anyar Pantai.
Amiril Pengiran Haji Mochtar Basry Idris, menerangkan ditemukannya benda ini merupakan bukti Kerajaan Tidung itu ada. Ia juga berkomitmen akan meneruskan budaya adat istiadat dan menuliskan sejarah kerajaan Tidung
“Saya akan meneruskan budaya adat istiadat dan menuliskan sejarah Kerajaan Tidung yang telah hancur runtuh, akibat adu domba penjajah Kolonial Belanda terhadap Bangsa Tidung,” terangnya.
Selain dirinya terdapat pula AP H. Mochtar Basry Idris selaku penerus Raja Tidung Maharajalila yaitu atas nama AP Japaruddin Bin AP H.Ali ( Ali Tugu) Bin AP Ambe , AP Drs. Arsad Dinata Bin AP Jumaan Bin Ambe, AP Abbas Hamdani Bin AP Hamdani ( Djhang Bin Ambe ) dan AP Ibrahim Ali, A.Md Bin AP H.Ali ( Ali Tugu) Bin AP Ambe yang saat ini menjabat sebagai Bupati Kabupaten Tana Tidung.
Ia menjelaskan, Datu Abdul Hamid Ibni Datu Bendahara Paduka Raja, sering aktif memperjuangkan hak Kesultanan Bulungan.
“Beliau juga merupakan anggota aktif di perkumpulan Majelis Adat Kerajaan Nusantara (MAKN), Lembaga Komunikasi Pemangku Adat Seluruh Indonesia (LKPASI), Raja dan Sultan Nusantara. Dengan sapaan akrab Yang Mulia Datu Abdul Hamid Sultan Bulungan,” bebernya.
Dengan ditemukannya stempel dan panji ini Amiril berkomitmen akan membangun kembali Baloy Mayo atau istana sebagai cagar budaya di Indonesia.
“Kita akan bangun lagi sebagai cagar budaya Tidung di Negara Republik Indonesia dengan menggunakan biaya sendiri,” ucapnya.
Adapun sejarahnya dulu terdapat kiyai pada era kolonial Belanda yang menjajah wilayah Indonesia khususnya di daerah Bulungan, Kaltara 1870-an. Pada saat itu juga sempat terjadi beberapa kali pergantian kesultanan Bulungan.
Sejauh inipun juga terdapat peninggalan sejarah di Museum Kesultanan Bulungan dengan usia 100 tahun. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Yogi Wibawa