benuanta.co.id, Tarakan – Pesan suara berantai soal penculikan anak di wilayah Kampung Satu, Kota Tarakan yang sempat menghebohkan warga, beberapa waktu lalu akhirnya terungkap pada Jumat, 28 Januari 2023.
Penyebar pesan suara berantai itu ada lima orang yang semuanya merupakan warga Tarakan Timur.
Hal ini bisa diungkap kepolisian setelah mendapat atensi langsung dari Kapolres Tarakan, AKBP Ronaldo Maradona T.P.P Siregar kepada Polsek Tarakan Timur.
Mendapat perintah itu, Polsek Tarakan Timur langsung menerjunkan tim untuk menelusuri asal pesan berantai.
“Pak Kapolres langsung memerintahkan untuk melakukan lidik terhadap pesan berantai itu. Kita cari tahu dulu rentetannya, lalu didapatkan lah ada WhastApp (WA) keluarga yang menyebarkan dan diteruskan,” terang Kapolsek Tarakan Timur, IPTU Gian Evla Tama.
Lanjut Kapolsek menjelaskan, pesan di dalam WA keluarga itu merupakan imbauan untuk lebih berhati-hati atas penculikan anak di salah satu kampung halaman. Namun begitu, pesan suara itu lalu diteruskan ke grup WA lainnya dengan pesan yang menyebutkan tempat kejadian di Kampung Satu.
“Ada yang tannya di grup itu, lalu dia menjawab kejadiannya di Kampung Satu padahal dia sendiri juga tidak tahu kejadiannya di mana,” ungkap Kapolsek.
Setelah pihak Polsek Tarakan Timur melakukan pemeriksaan terhadap kelimanya, lalu Kapolres Tarakan meminta pihak Polsek mengedukasi pihak tersebut terkait bahayanya menyebarkan pesan yang belum valid.
“Pihak – pihak yang kita periksa juga cukup kooperatif. Sebenarnya mereka menyebarkan itu untuk saling waspada saja. Adanya informasi penculikan anak ini karena beberapa kejadian seperti di Papua dan Makassar sampai dibunuh. Karena dari situ, makanya takut. Tapi salahnya kejadian disebut di Tarakan, makanya timbul keresahan,” urainya.
Setelah dilakukan pendalaman, dari kelima warga yang diperiksa satu warga diketahui bernama Novi yang menyebutkan bahwa kejadian itu terjadi di Kampung Satu.
“Dari grup ke grup pesan suara itu disher. Kami juga sampai tanya anggota di Berau dan diakui memang informasi serupa juga tersebar di Berau. Dari orang pertama sampai keempat meneruskan pesan itu dengan pesan yang meminta anggota grup untuk hati – hati. Namun Novi tidak menyertakan pesan apapun ketika melakukan sher pesan suara itu. Ketika ditanya tempat kejadiannya malah disebut di Kampung Satu,” paparnya.
Melalui video permintaan maaf yang diedarkan Polres Tarakan, Novi mengakui perbuatannya yang menyebarkan informasi yang belum valid. Bahkan, ia pun tak mengetahui asal dan tempat kejadian tersebut.
“Saya melihat berita percobaan penculikan anak di media sosial, saya sendiri tidak mengerti kejadiannya dan di mana berita tersebut. Namun dengan sengaja lagi saya menyebarkan berita yang saya tidak tahu kebenarannya tersebut ke grup yang ada di handphone saya,” aku Novi dalam video yang diterima benuanta.co.id.
“Saya menyebut kejadian tersebut terjadi di Kampung Satu. Kejadian tersebut cukup meresahkan warga Tarakan. Atas kejadian ini saya meminta maaf kepada warga Tarakan atas berita hoax yang saya sebarkan,” lanjutnya.
Mengenai hal ini, ia pun berpesan kepada masyarakat Tarakan agar lebih bijak dalam bermedia sosial. (*)
Reporter : Endah Agustina
Editor : Nicky Saputra