Antisipasi Cuaca Ekstrem di Sulsel, Pesawat Cessna Grand Caravan 11 Hari Halau Awan

benuanta.co.id, SULSEL – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan aktif melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk mengantisipasi cuaca ekstrim. Ini sekaligus mengurangi terjadinya bencana di Sulawesi Selatan.

Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman upaya TMC untuk mengurangi resiko bencana hidrometeorologi. Ini berlangsung selama 11 hari dan berakhir, Ahad, (22/1/2023).

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1586 votes

Pelaksanaan TMC sendiri sebelumnya dilaksanakan di Pulau Jawa untuk Natal dan Tahun Baru.  Provinsi Sulsel sendiri adalah Provinsi pertama di luar Jawa.

“Alhamdulillah dengan koordinasi yang baik kita dapat melaksanakan kegiatan TMC ini, ini ikhtiar kita untuk mengurangi resiko bencana hidrometereologi di Sulsel,” kata Gubernur Sulsel melalui keterangan resminya dikutip, Senin, (23/1/2023).

Pelaksanaan TMC ini melibatkan Badan Penanggulangan Bencana (BNPB); BPBD Sulsel; Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG); Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN); Lanud Hasanuddin Makassar dan PT Songo Aviasi Indonesia (SAI) dan operator PT Smart Cakrawala Aviation.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel, Amson Padolo mengatakan, bahwa data yang dirilis tanggal 12 hingga 21 Januari di Sulsel berada pada zona ekstreme. Sehingga dilakukan TMC

“Sesuai hasil TMC kita mampu melewati cuaca ekstreme, sehingga bahaya terkait bencana hidrometeorologi dapat kita hindari,” sebut Amson.

Di Sulsel mitigasi bencana hidrometeorologi dengan mengerahkan satu unit pesawat penabur, yakni, Pesawat penabur bahan Cessna Grand Caravan 208 registrasi PK-SNM. Pesawat yang mampu terbang dalam dua jam dalam satu sortinya dengan penyemaian 800 – 1.000 ke per sortinya. Di mana dalam sehari dapat melakukan hingga tiga kali penerbangan. Sebanyak 16.500 Kg bahan semai telah tebarkan.

Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Rustian, menjelaskan pelaksanaan berdasarkan data dari BRIN dan BMKG dengan mencermati cuaca dan awan.

“Tergantung dari situasi, kajian bisa 900 Kg sampai 1 ton per penerbangan. Minimal 800 Kg,” sebut Rustian.

Penerbangan penyemaian diarahkan di sisi Barat Laut, Barat dan Barat Daya Selatan untuk menghalau awan-awan potensial yang mengarah ke daratan.

Awan-awan potensial tersebut di hujan di atas perairan Selat Makassar sehingga dapat mengurangi jumlah curah hujan yang masuk ke daratan.

Teknik modifikasi cuaca ini yang pertama kali dilaksanakan di Sulsel ini diharapkan dapat memitigasi bencana banjir, abrasi dan tanah longsor di wilayah Sulsel.(*)

Penulis: Akbar

Editor: Ramli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *