benuanta.co.id, NUNUKAN – Peternak daging ayam lokal mendatangi kantor DPRD Nunukan untuk menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP). Para peternak ini meminta perlindungan kepada pemerintah daerah untuk keberlanjutan usaha mereka.
Anggota DPRD Nunukan Andre Pratama, mengatakan mendukung para peternak daging ayam lokal di Nunukan. Sebab sebelumnya para peternak tak pernah meminta bibit, bantuan kandang maupun bantuan modal kepada pemerintah.
“Ini yang harus dilindungi. Jika mereka sudah berusaha selama tiga tahun di zaman Covid-19 pasti usaha semuanya gulung tikar, tapi malah mereka masih bertahan untuk tetap berusaha, ini yang harus kita dukung,” kata Andre Pratama, Rabu (18/1/2023)
Kadis Dinas pertanian mengatakan hanya 6. 300 kilogram daging beku yang masuk di Nunukan, namun penyampaian dari Balai Katarina datanya valid yakni 25 ton.
“Kalau bahasanya hanya, bagus saja ditiadakan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian. Lebih bagus dimasukkan di dinas perdagangan, tidak ada gunanya bidang peternakan. Seharusnya bidang peternakan itu membina, mendukung, melindungi pengusaha ayam peternakan ayam potong, itu baru tugas pertanian,” ujar Andre saat menggelar Rapat Dengar pendapat.
Andre menyebut seharusnya Organisasi Perangkat Daerah (OPD) bisa membina dan dan melindungi, agar ayam potong di Nunukan bisa swasembada sehingga bisa dibawa keluar daerah.
Dia juga meminta kepada dinas perdagangan agar bisa mengedukasi kepada masyarakat, karena ayam beku dan ayam segar ada bedanya. Yakni pada kakinya, ayam segar biasanya dijual dengan kakinya. Sedangkan ayam beku sudah tidak ada kakinya. “Edukasi ini yang harus disampaikan ke pada konsumen agar memilih ayam segar karena itu sehat,” jelasnya.
Terkait hal itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Nunukan, Muhtar, meluruskan pihaknya hanya membawahi peternakan, pertahanan pangan dan lainnya. Sedangkan persolan harga dan distribusi bukan lagi kewenangan dinasnya.
“Saya itu bagian ketahanan pangan dan mempersiapkan 9 bahan pokok yang ada di Nunukan, jadi saya tidak mau tau apakah itu produksi dari Nunukan atau luar, yang penting kebutuhan Nunukan terpenuhi,” jelasnya.
Terkait tidak sinkronnya data dengan karantina, ia mengatakan data tidak diberikan kepada mereka, sehingga terjadinya perbedaan data. (*)
Reporter: Darmawan
Editor: Yogi Wibawa