Antrean Mengular Resahkan Warga, Begini Penjelasan Pertamina

benuanta.co.id, TARAKAN – Antrean mengular kembali terjadi, kini terjadi di SPBU wilayah Persemaian yang disinyalir terjadi sejak pukul 06.00 WITA. Hal ini terjadi lantaran tak adanya pasokan BBM Solar di SPBU Mulawarman.

Hatta (62), salah satu sopir kendaraan roda empat yang turut mengantre mengungkapkan, ia tak mendapatkan alokasi solar sejak 4 hari lalu. Selama 4 hari kemarin ia terpaksa harus berhenti sementara untuk mengoperasikan kendaraan yang dipakainya untuk mengangkut pasir itu.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1586 votes

“Macet total kemarin, teman-teman juga banyak tidak kerja. Dari Mulawarman ini katanya terus dipindah ke sini tapi tidak tahu dipindah jatahnya apa gimana,” ungkapnya, Kamis (5/1/2023).

Ia mengatakan, baru hari ini ia melakukan antre solar di SPBU Persemaian, selama ini ia melakukan antrean solar di SPBU Mulawarman. Menurutnya, kondisi ini sangat menyulitkan terlebih pihaknya hanya mengandalkan BBM Solar bersubsidi.

“Saya biasa beli Rp 200 ribu, biasanya 5 ret untuk sehari setengah, tergantung jarak tempuhnya. Ya kadang dua hari sekali kadang sehari sekali,” tukasnya.

Dalam hal ini, ia berharap ke pihak Pertamina agar dapat menyediakan alokasi BBM ke SPBU lainnya agar tidak berulang kembali kejadian antre mengular.

“Begini saya punya orderan pasir dan kerikil belum bisa dibuat, gimana mau makan kalau begini susah,” tegas Hatta.

Baca Juga :  DKP Kaltara Tes Kandungan Formalin pada Ikan di Tiga Pasar Tradisional Tarakan

Senada dengan Hatta, Andi Saenon seorang sopir truk yang turut mengantre menerangkan ia telah mengantre sejak pukul 06.00 pagi tadi. Antrean pun semakin panjang hingga persimpangan jalan Penangkaran Buaya.

Ia merupakan warga Tanjung Selor yang datang ke Tarakan guna bekerja sebagai pengangkut pasir untuk keperluan perusahaan yang ada di wilayah Juata.

“Ini buat menimbun di wilayah Bengawan, saya dari Tanjung Selor, ini bukan subsidi sih. Kemarin selama 4 hari itu sebenarnya kerjaan ada tapi solarnya yang tidak ada,” tuturnya.

Sebelumnya ia sempat mengantre di SPBU Gunung Lingkas namun ia tak mendapatkan alokasi solar karena antrean sudah mengular terlalu jauh. Alhasil ia beralih ke SPBU Persemaian.

“Ya 2 malam di sana saya tidak dapat solar, habis sudah uang makan karena tidak kerja. Saya sudah mau 5 bulan di sini, ya barusan ini sih begini mengular begini. Saya 4 kali sudah mengantre tidak dapat solar, dan dari perusahaan juga tidak ada yang dilakukan karena kan habis memang solar,” bebernya.

Menurutnya, pihak Pertamina harus lebih tegas mengambil langkah ini mengingat ia dan sopir lainnya mayoritas menggunakan BBM untuk bekerja.

“Mana mobil ini juga ada angsurannya, saya di Tanjung Selor juga menimbun. Di sana juga pasti mengular begini antreannya, ya sudah biasa sih,” katanya.

Sekali mengantre, ia diberikan jatah sebesar Rp 330 ribu guna mengangkut pasir untuk penimbunan perusahaan yang ada di Bengawan. Sekali membeli solar hanya mampu untuk 6 hingga 7 ret pasir. Artinya tak mampu bertahan satu hari sehingga ia harus mengantre solar keesokan harinya untuk melanjutkan pekerjaan.

Baca Juga :  Harga Telur Ayam Ras Mulai Tembus Rp 72 Ribu

Sementara itu, Anti, salah satu masyarakat RT. 08 Kelurahan Karang Harapan mengaku resah dengan antrean panjang kendaraan besar itu. Menurutnya space jalan tersebut terbilang sempit dan sedikit rusak sehingga arus lalu lintas menjadi macet.

“Kalau pagi itu paling parah sampi macet karena bertepatan dengan orang yang mau kerja dan anak sekolah, heran saja kenapa baru seperti ini,” tuturnya.

Ia juga meminta agar pemerintah tegas mengambil solusi agar tak ada lagi antrean panjang di pinggir jalan. Terlebih sepanjang jalan tersebut tengah dalam perbaikan.

“Jalannya saja sudah rusak, tambah lagi antrean jadi macet kalau pagi menghambat aktivitas,” tegasnya.

Terpisah, saat dikonfirmasi Sales Branch Manager Rayon V Kaltimut Pertamina Depo Tarakan, Azri Ramadan menjelaskan SPBU Mulawarman tak lagi menjadi pemasok Solar di tahun 2023 ini. Hal ini lantaran lembaga penyalur sudah ditunjuk oleh BPH Migas dan SPBU Mulawarman tak lagi jadi pemasok Solar.

“Dulunya ada 9 SPBU yang jadi penyalur, sekarang ada 8 saja. Kalau di SPBU Gunung Lingkas itu masih ada disalurkan, sejak tanggal 1 itu sudah tidak ada lagi, dan adanya hanya non subsidi yang dexlite,” jelasnya.

Baca Juga :  Pertamina Tambah Kuota BBM dan LPG untuk Kebutuhan Ramadan hingga Lebaran

Ia menguraikan, untuk kuota sendiri di tahun 2023 terdapat pengurangan sebesar 9 persen. Untuk kendaraan yang mengantre ini ia tegaskan seharusnya menggunakan alokasi BBM Industri karena pekerjaan.

Pihaknya pun telah melakukan koordinasi dengan pihak Pemerintah Kota Tarakan dan juga aparat kepolisian. Azri menegaskan, pihaknya hanya sebagai penyedia yang tidak bisa melakukan penindakan terhadap antrean mengular maupun parkir inap.

“Itu harus aparat penegak hukum, jadi belum ada pengalihan ke industri juga. Kita sudah laporan ke Pemkot kalau bisa dihimbau ke pelaku usaha supaya mereka berpindah ke Industri. Pertamina tidak bisa direct ke pelaku usaha makanya kita ke Pemkot, kita masih mengharapkan upaya supaya segera menghimbau aja ke pelaku usaha, karena regulasi juga kelas,” bebernya.

Disinggung mengenai meningkatnya penggunaan solar akibat kegiatan penimbunan di wilayah Juata ia mengatakan sebenarnya tidak boleh menggunakan BBM Non Subsidi, seharusnya yang digunakan adalah BBM alokasi untuk Industri. Hal ini nantinya akan diperhitungkan kepada penggunaan solar selama tahun 2023.

“Kalau untuk kebutuhan di Tarakan karena pengurangan 9 persen harusnya sudah sesuai, karena sebelum adanya pekerjaan itu kita tidak ada antrean bahkan kekurangan solar itu tidak pernah terjadi, karena pekerjaan itu saja. Kalau ditanya cukup apa tidak ya cukup aja karena kita tidak ada jalur lintas juga,” pungkasnya. (*)

Reporter: Endah Agustina

Editor: Matthew Gregori Nusa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *