benuanta.co.id, MAKASSAR – Sekelompok masa yang mengatasnamakan pemerhati Stadion Mattoanging berulah di Kantor Gubernur, Jalan Urip Sumoharjo, Makassar, Senin, (5/12). Massa tersebut merangsek masuk di kantor Gubernur untuk mendesak kepastian pembangunan Stadion Mattoanging yang mangkrak.
Awalnya massa menggelar aksi depan kantor Gubernur, namun selang kemudian para demonstran mulai bersikap anarkis dengan merusak pagar utama hingga roboh.
Setelah berhasil masuk ke pelataran kantor Gubernur, massa kemudian merangsek ke gedung tempat orang nomor satu di Provinsi Sulawesi Selatan tersebut.
Tak hanya itu, massa sempat terlibat adu fisik dengan anggota Satpol-PP yang melakukan penjagaan di dalam kantor Gubernur. Akibatnya aksi saling dorong pun terjadi ketika massa berupaya menyampaikan aspirasinya sembari melempar bola plastik.
Selang kemudian, massa akhirnya keluar dari gedung kantor Gubernur. Hingga akhirnya meninggalkan kantor Gubernur sembari meneriakkan yel – yel terkait kelanjutan Stadion Mattoanging.
“Kami sudah bosan dijanji-janji soal Stadion Mattoanging. Kami hanya menagih kapan stadion Mattoanging dibangun,” ucap salah seorang demonstran ditemui disela aksi tersebut.
Sebelumnya Pemerintah Provinsi telah menganggarkan pembangunan Stadion Mattoanging pada APBD Tahun Anggaran 2023.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Statistik, dan Persandian (Diskominfo-SP) Sulsel Amson Padolo menyampaikan, bahwa untuk pembangunan Stadion Mattoanging pada 2023 mendatang dianggarkan sebesar Rp 60.750.000.000 pada APBD 2023.
“Kami sudah komunikasi dengan BKAD, dan Dispora Sulsel itu Rp60 miliar,” singkat Amson belum lama ini.
Sejarah Mattoanging
Diketahui Stadion Mattoanging Makassar telah menyimpan begitu banyak jejak sejarah di dalamnya. Mulai sejarah pembangunan hingga pemberian nama yang disematkan terhadap salah satu Stadion tertua di Indonesia tersebut.
Meski Stadion itu telah rata dengan tanah, namun jejak sejarah atas pembangunannya dan momen yang berkesan dihadirkan tidak akan terlupakan.
Stadion Mattoanging dikenal masyarakat umum sebagai markas PSM Makassar setiap melakoni setiap laga tandang, baik kompetisi lokal maupun internasional. Stadion Mattoanging itu juga saksi bisu atas masa keemasan PSM Makassar di tahun 2000-an.
Di mana Stadion Mattoanging pernah menjadi homebase PSM Makassar di Piala Champions Asia di babak delapan besar.
Berdasarkan data dan informasi dihimpun, stadion yang dulunya berkapasitas 15 ribu penonton tersebut dibangun dengan waktu yang cukup singkat.
Stadion yang pernah menjadi salah satu stadion termegah di Indonesia di masanya, hanya dibangun dalam kurun waktu enam bulan.
Tercatat, stadion mattoanging dibangun pada 17 April hingga 17 September 1957.
Stadion tua yang dikelola Yayasan Olahraga Sulawesi Selatan (YOSS) itu konon dibangun oleh 600 anggota TNI, yang bekerja siang dan malam.
Adapun keterlibatan TNI dalam pembangunan Stadion Mattoanging, hal tersebut atas prakarsa Andi Mattalatta yang merupakan panglima Kodam XIV/Hasanuddin kala itu.
Sebelum pembangunan Stadion Mattoanging dilaksanakan di tengah Kota Makassar, Jalan Mappanyukki, kelurahan Mariso, Kecamatan Mariso.
Dulunya wilayah tersebut merupakan lahan perkebunan dan peternakan sapi untuk menghasilkan susu perah di masa penjajahan Belanda. Namun aktifitas perkebunan dan peternakan itu terhenti ketika penjajah Jepang mulai masuk ke Indonesia.
Setelah Jepang menguasai lahan tersebut, selang kemudian laskar-laskar pejuang dari suku Bugis -Makassar memberontak untuk mengambil alih lahan yang diduduki oleh kompeni Jepang.
Tak butuh waktu lama, laskar pejuang tersebut berhasil mengusir para penjajah Jepang dari wilayah itu.
Akhirnya, lahan itu berhasil dikuasi para laskar pejuang yang tergabung dari berbagai daerah di Sulsel, seperti Jeneponto, Takalar, Gowa dan beberapa daerah lainnya.
Setelah diduduki laskar pejuang, beberapa tahun kemudian penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional yang ke-4 akan berlangsung.
Kabarnya, kala itu, beberapa daerah di Indonesia menolak untuk menjadi tuan rumah dengan alasan tidak memiliki fasilitas untuk menggelar perhelatan olahraga tersebut.
Namun saat itu, penyelenggaraan pekan olahraga
ditangani oleh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), dan Mayjen (Purn) H. Andi Mattalatta merupakan salah satu pengurus.
Karena mengemban budaya Bugis – Makassar (Siri’ na Pacce), Andi Mattalatta tanpa berpikir panjang langsung meminta kepada Presiden Soekarno agar perhelatan pekan olahraga dilaksanakan di Sulawesi Selatan.
Padahal, jika ingin menggelar perhelatan pekan olahraga ada ketentuan dan syarat utama yang harus terpenuhi, antaranya harus memiliki stadion, dan gedung olahraga. Namun kala itu, semua kategori tersebut belum dimiliki Pemerintah Provinsi Sulsel.
Meski demikian, dengan kepiawaian sang Jenderal Andi Mattalatta dalam berfikir, dia langsung memilih lahan di jalan Mappanyukki yang diduduki laskar pejuang. Akan tetapi, keputusan itu sempat ditentang oleh laskar pejuang yang menduduki daerah tersebut.
Mendengar kabar penentangan, Andi Mattalatta langsung meninjau lokasi, setelah bertemu para laskar pejuang menduduki wilayah itu dan menjelaskan intisari permasalahan, laskar pejuang langsung patuh.
Setelah negosiasi dilakukan, para laskar siap dipindahkan ke lokasi yang telah disiapkan.
Selang kemudian, pembangunan gedung olahraga, stadion mulai dilaksanakan.
Waktu itu Andi Mattalatta mengerahkan 600 anggota TNI Bugis-Makassar untuk bekerja siang dan malam.
Informasinya, ketika pembangunan Stadion Mattoanging berlangsung, Andi Mattalatta menanamkan semangat siri na pacce kepada prajuritnya.
Di mana ‘Siri na Pacce’ merupakan ungkapan penyemangat bagi suku Bugis – Makassar dalam menegakkan harga diri. Siri Na Pacce dalam artinya, malu dan sakit ditanggung bersama.
Alhasil, dengan semangat itu, Stadion Mattoanging, Gedung Olahraga dan Kolam Renang terselesaikan dalam jangka waktu enam bulan.
Menurut salah satu sumber, bahwa saat membangun Stadion yang diprakarsai Andi Mattalatta tidak ada sepeser pun dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemprov Sulsel yang ikut menyumbang kala itu.
Stadion dan gedung olahraga yang diresmikan oleh Presiden RI Soekarno pada tahun 1958 itu, pembangunannya menggunakan dana pribadi Jenderal Andi Mattalatta tanpa bantuan dari pemerintah.
Pemberian nama Stadion Mattoanging juga tidak sembarangan, namanya memiliki makna yang cukup dalam.
Nama Mattoanging berasal dari bahasa Makassar, yaitu mattoa yang berarti melirik atau menengok dan kata anging adalah angin, jika digabungkan berbunyi ‘melihat angin’.
Nama tersebut diberikan karena dulunya tempat di sekitar stadion adalah daerah pantai tempat berlabuhnya perahu Pinisi yang para awaknya biasanya menengok angin sebagai tanda bahwa cuaca saat itu dalam keadaan baik dan siap untuk berlayar.
Namun jejak sejarah Stadion Mattoanging seakan langsung sirna setelah Pemprov Sulsel melakukan pembongkaran. Pemprov Sulsel mengaku membongkar Stadion itu hingga rata tanah dengan tujuan ingin melakukan rehabilitasi. Namun setelah diratakan dengan tanah, kelanjutan pembangunannya masih tanda tanya besar.
Diketahui, Stadion Andi Mattalatta dibongkar oleh kontraktor asal Semarang dengan biaya Rp1,3 miliar, 21 Oktober 2020 lalu. Tujuan pembongkaran tersebut setelah Pemprov Sulsel di masa kepemimpinan Gubernur Sulsel nonaktif, Nurdin Abdullah mengeluarkan kebijakan untuk melakukan renovasi.
Rencana pembangunan stadion bersejarah tersebut bakal dibangun sesuai standar internasional atau FIFA. Namun seiring waktu, rehabilitasi pembangunan stadion Mattoanging terbentur regulasi yang dimiliki Pemerintah Kota Makassar. Sehingga pembangunan Stadion tersebut harus dihentikan untuk sementara.
Bahkan setelah Nurdin Abdullah ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait korupsi berupa suap dan gratifikasi atas pembangunan infrastruktur di Sulsel persoalan lain bermunculan. Pembangunan stadion tersebut terkendala dengan anggaran.
Sebab pemenuhan anggaran untuk pelaksanaan pembangunan Stadion Mattoanging menggunakan skema pinjaman dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Namun belakangan PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) sebagai yang menyiapkan dana, tak kunjung mencairkan, meski telah melakukan penandatanganan MoU dengan Pemprov Sulsel.
Sebelumnya, Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman telah berulang kali menegaskan akan tetap melanjutkan pembangunan Stadion Andi Mattoanging Makassar. Namun hingga kini belum terealisasi. (*)
Reporter: Akbar
Editor: Yogi Wibawa