benuanta.co.id, TARAKAN – Kelainan bentuk tulang belakang pada anak bisa terjadi kapan saja dan pada berbagai tahap perkembangan mulai dari bayi, atau pada masa balita hingga kanak-kanak.
Menurut dokter spesialis Anak RSUD dr Jusuf SK, dr Franky Sientoro Sp.A mengatakan ada 3 bentuk tulang punggung bagian belakang.
“Pertama bentuk Kifosis yakni tulang vetebra bagian atas itu menonjol ke depan, kemudian kelainan ke dua Lordosis di mana tulang punggung bagian bawah bungkuk atau menonjol ke belakang, lalu kelainan ke tiga skoliosis itu kelainan tulang punggung harusnya lurus bisa berbentuk S dari tulang atas sampai bawah,” tuturnya Rabu (9/11/2022).
Lebih lanjut, pihaknya menjelaskan tulang punggung terdiri dari tiga bagian yakni leher. “Bagian leher servikal ada 7 ruas kemudian bagian torakal daerah dada tengah ada 12 ruas kemudian daerah tulang belakang bawah atau lumbal ada 5 ruas tulang pinggul,” tuturnya.
Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) Kalimantan Utara ini, bagian tulang belakang merupakan satu kesatuan yang sangat penting menentukan postur tubuh.
“Nah ini merupakan satu kesatuan yang sebenarnya sangat penting menentukan postur tubuh tulang belakang,” ucapnya.
Lebih lanjut, pihaknya sudah sering menemukan kasus kelainan tulang punggung belakang pada anak-anak di RSUD dr Jusuf SK.
“Anak-anak remaja yang pernah kami tangani untuk kasus-kasus kelainan tulang punggung ini,” bebernya.
Tak hanya itu, postur tubuh pada tulang punggung belakang dapat dipengaruhi beberapa hal.
“Yang kita harapkan bahwa anak-anak kita bisa bertumbuh dengan tulang punggung yang lurus tegak jangan bungkuk ke depan ke samping dan tulang punggung nya juga tidak miring itu harapannya,” jelasnya.
Diungkapkannya ada beberapa faktor kelainan atau gangguan tulang punggung belakang pada pertumbuhan anak-anak yang normal.
“Yaitu kelainan kongenital dari lahir, lalu kelainan ke dua yaitu kelainan posisi karena penyakit tulang dan penyakit sindrom tertentu yang mempengaruhi perkembangan tulang itu menyebabkan juga pada kelainan pada tulang punggung yang ketiga posisi pada saat anak tidur-tiduran nonton tv belajar itu juga menyebabkan gangguan tulang dan beban barang dibawah anak sekolah dalam tas melebihi muatan tas,” ungkapnya.
Namun ia menilai seharusnya anak-anak tidak harus membawa beban melebihi kekuatan fisiknya. “Mudah-mudahan beban yang dibawah anak sekolah tersebut bisa orangtua atasi caranya,” jelasnya.
Sebab pertumbuhan tulang punggung anak-anak sifatnya berprogres dan jika orangtua mulai mencurigakan kondisi kembang anak berbeda.
“Datanglah ke dokter anak atau ke dokter bedah tulang ortopedi. Nah di Tarakan di RSUD dr Jusuf SK kebetulan ada dokter spesialis tulang konsultan ahli tulang kemudian kelainan awal bisa segera diatasi bisa lurus kembali,” pungkasnya. (*)
Reporter: Georgie Silalahi
Editor: Yogi Wibawa