benuanta.co.id, TARAKAN – Muda, penuh karya dan percaya diri telah mendarah daging pada diri Wilmar Bhakti, sosok pemuda yang sukses mengukir prestasinya dalam pertukaran pelajar ke Amerika Serikat tepatnya di Kota Seattle, Washington.
Jauh sebelum mendapatkan kesempatan tersebut, berbagai pengalaman juga sempat dirasakan pria berusia 25 tahun asal Kota Tarakan ini. Apa saja pengalaman pahit hingga manisnya yang akhirnya sukses membawa Wilmar ke negeri Paman Sam itu. Simak ulasannya.
Awal perjuangannya dimulai pada tahun 2020 silam. Tepatnya saat Wilmar masih masih menempuh pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Borneo Tarakan. Di tahun itu, ia memberanikan diri mengikuti program pertukaran pelajar Study of the U.S Institutes (SUSIs).
“Saya dikasih tahu sama dosen bahwa ada program Study of the U.S Institutes (SUSIs), jadi itu ada lima tema dan saya masuk di tema Educational and the Future of Work,” ujar Wilmar kepada benuanta, Sabtu (5/11/2022).
Alumni Beasiswa Djarum itu mengatakan pemilihan tema tersebut sesuai dengan kemauan dirinya yang pada saat itu masih aktif berorganisasi di kampus Universitas Borneo Tarakan. Pendaftaran untuk mengikuti program pertukaran pelajar ini berjalan hingga akhirnya dinyatakan lolos untuk mewakili Indonesia dan juga Kota Tarakan.
Wilmar, yang juga berprofesi sebagai penyanyi ini turut berbangga diri karena namanya muncul dari delapan perwakilan di Indonesia. Selain dari Tarakan, terdapat pula perwakilan Indonesia yang berasal dari Manado, Jogja dan Surabaya.
“Jadi kita di sana bakal melakukan sosial project, jadi sebelum lolos itu juga dites selama 3 bulan kita buat artikel. Dulu saya sering ditanya kenapa aktif sekali mau capek-capek gitu, saya rasa itu kayak panggilan hati untuk berbuat berkah kepada orang-orang,” bebernya.
Ia menguraikan kegiatannya di Seattle, Washington untuk menempuh pendidikan dengan system hybrid dan luring. Sistem hybrid atau online sudah dijalankan sejak 2021 lalu, saat ini giliran luring atau offline yang akan menggelar projek sosial serta meja diskusi dengan pelajar dari negara lainnya.
“Ada recycle food juga, dan di Washington banyak tunawisma jadi kita lebih ke social project-nya untuk membagikan makanan ke orang yang tidak punya rumah,” tukasnya.
Tak melulu langkahnya mulus, Wilmar juga pernah gagal tiga kali sejak 2017 lalu dengan mengikuti program yang sama. Berkat kegagalan yang sempat dirasakanya itu pula semakin menguatkan komitmennya untuk terus berjuang.
“Itu pasti kegagalan, saya belajar banyak dari kegagalan, dan saya sudah pernah mencoba tiga kali waktu tes program pertukaran pemuda internasional, setiap tahun dari 2017, 2018, 2019. Dan Alhamdulillah 2020 Allah jawab doa saya lolos dan dari kegagalan itu saya jadikan motivasi,” ungkapnya.
Tentu prestasi yang membanggakan ini turut menjadi kebahagiaan dari orang tua Wilmar. Menyandang sebagai putra sulung, ia juga selalu berpegang teguh kepada orang tua agar selalu mengingat Tuhan atas apa yang telah diberikan.
“Dari sini aku juga berjanji akan terus mempengaruhi orang-orang untuk terus menggapai mimpinya, kembalinya aku ke Indonesia akan terus melanjutkan komitmen aku untuk menyebarkan hal-hal baik dari sini,” pungkasnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Yogi Wibawa







