benuanta.co.id, TARAKAN – Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (PMK) kerap kali melakukan operasi non kedaruratan seperti penyelamatan pada binatang yang terjebak, penangkapan ular, buaya serta pengamanan pada sarang tawon. Namun, penyelamatan berbahaya ini tampaknya kurang mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota Tarakan.
Kasi PMK dan Penyelamatan Kota Tarakan, Irwan menerangkan kondisi perlengkapan keselamatan sendiri belum memadai. Saat ini pihaknya baru memiliki baju untuk pengamanan lebah sebanyak dua set di Sektor Timur. Sebenarnya terdapat satu pasang lainnya namun sudah tak layak digunakan.
“Di Barat ada satu set, di sektor Utara juga satu set. Kenapa belum memadai karena biasanya kalau pengamanan lebah kita turunkan 5 orang, kalau satu set isinya dua pasang, jadi yang 3 (anggota) tidak pakai APD itu yang kita sayangkan,” terangnya, Selasa (1/11/2022).
Disinggung soal upaya pengajuan peralatan yang baru pihaknya tak pernah absen setiap tahunnya. Terlebih saat anggaran perubahan maupun anggaran murni namun tidak setujui karena kemungkinan pemerintah belum mengganggarkan untuk PMK.
Sementara untuk fasilitas lain seperti armada pemadam kebakaran, Irwan menegaskan kondisinya jauh dari kata layak. Saat ini usia armada 23 tahun dan sudah tak dapat digunakan.
“Hanya satu unit yang usianya masih baik yaitu mobil supply truck 10 ton,” sebutnya.
Adapun saat ini total armada sebanyak 13 di Sektor Timur dengan 1 armada rusak berat yang mana hibah dari Jepang. Kondisi ini juga sama seperti armada yang ada di Sektor Utara dan Barat.
Sementara untuk di Sektor Utara sendiri terdapat 3 armada dengan 2 Supply Truk dan 1 Fire Truck. Sedangkan di Sektor Barat hanya ada 2 armada yakni 1 Supply Truk dan 1 Fire Truk.
“Ya kami harus kanibal, mana yang bisa dipakai mana yang tidak. Kendalanya ya dikampas rem, mesin penyedotnya, lagi mangkrak juga nunggu alat. Alatnya belum datang karena belum dibeli, ya kendalanya lagi-lagi anggaran,” bebernya.
Irwan melanjutkan, bahkan untuk ketersediaan alat seperti radio personel PMK membeli menggunakan anggaran pribadi. Hal ini guna menunjang pelayanan ketika kondisi darurat maupun non darurat ke masyarakat.
Dikatakannya untuk harga 1 unit fire truk sendiri dapat memakan anggaran sebesar Rp 3 Miliar.
“Kalau untuk aupply truk-nya itu Rp 1 miliaran lah. Karena terbatas armada kita, untuk penanganan kebarakaran kita lihat dimana kejadiannya, kalau di kota pemukul utama Sektor Barat, kalau api makin besar baru hubungi ke Sektor Kampung Satu, kalau masih kurang kita minta tolong Pertamina. Sementara Utara standby, takutnya kejadian juga di sana,” ungkap Irwan.
Di tengah kondisi yang menyulitkan ini, pihaknya terus bertahan dengan memanfaatkan fasilitas yang ada.
“Baju keselamatan itu ada 15, padahal personel ada 76 orang ya kita gantian saja habis pakai dicuci terus digantung,” tutupnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Yogi Wibawa