benuanta.co.id, TARAKAN – Temuan kasus penyakit Tuberkulosis atau TBC di Kota Tarakan setiap tahun selalu menyerang imunitas anak-anak hingga orang dewasa.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tarakan, dr Devi Ika Indriarti pun mengungkapkan soal penanganan TBC selama ini dari tahun ke tahun cakupan penderita yang ditemukan dan dapat perawatan intensif belum maksimal.
“Tidak tercapai targetnya dan sasarannya yang pertama mungkin kita lihat di Tarakan bahwa pada tahun 2020, 2021 ada pandemi orang jadi khawatir datang ke puskesmas untuk mengambil obat TBC lalu untuk melakukan pemeriksaan juga khawatir,” ujar dr. Devi Ika Indriarti kepada benuanta.co.id Rabu (26/10/2022).
Pada tahun 2022 ini pihaknya menilai bahwa Dinkes Tarakan bisa melakukan kegiatan penanganan TBC dengan maksimal.
“Kita melihat tahun 2022 ini bahwa kita bisa melakukan kegiatan koordinasi lintas sektoral dengan maksimal kemudian kita bisa melibatkan OPD terkait, kemudian pihak kelurahan, kecamatan untuk membantu dalam penemuan kasus TBC dan juga beri obat minum penderita TBC tersebut,” ungkapnya.
Sementara itu, dr. Devi Ika Indriarti mengakui masih ada saja kasus temuan penderita TBC di Kota Tarakan.
“Cuman tidak seperti kasus Covid-19 begitu banyak orang yang terkonfirmasi dan saat ini karena pemeriksaan TBC lebih mudah di Puskesmas. Tidak seperti dulu pemeriksaan dahak 3 kali sekarang dengan menggunakan mesin PCR cukup 1 kali orang bisa mengetahui dia kena TBC atau tidak,” bebernya.
dr. Devi Ika Indriarti menilai penyakit TBC juga sangat berbahaya untuk kesehatan seperti kasus Covid-19.
“Kalau pasien sampai sampai muntah darah, komplikasi, makanya kita harus segera putus rantai penularan TBC karena TBC bisa menular kepada siapa saja kalau dia hidup serumah daya tahan tubuhnya tidak bagus bisa tertular,” ucapnya.
Namun Dinkes sudah progam pemberian obat TBC kepada masyarakat yang kena kontak erat. “Penularannya sama seperti kena Covid-19 yaitu droplead,” tuturnya.
Ia menjelaskan, bagi pengidap sakit TBC bisa disembuhkan dengan pengobatan rutin dan mematuhi prosedur.
“Nanti dia akan sembuh dan selesai pengobatan selama 6 bulan dan pengobatannya gratis dari program pemerintah. Kalau beli sendiri mahal obatnya,” pungkasnya. (*)
Reporter: Georgie Silalahi
Editor: Matthew Gregori Nusa