Kasus Gagal Ginjal Akut Pertama di Tarakan Diidap Anak Usia 2 Tahun

benuanta.co.id, TARAKAN – Diduga kasus gagal ginjal akut pertama di Kota Tarakan ditemukan menyerang kesehatan anak usia 2 tahun. Hal tersebut diungkapkan Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kalimantan Utara dr. Franky Sientoro Sp.A bahwa pasien tersebut masih mendapat perawatan intensif di RSUD dr. H. Jusuf SK. Berita sebelumnya, satu orang pasien anak asal Bunyu meninggal dunia dengan diagnosa gagal ginjal.

“Serta sedang penelitian lebih lanjut dan pada pasien terjadi peningkatan kadar serum kreatinin, kadar ureum dan fungsi kadar livernya pun meningkat itu kecurigaan untuk terkena gagal ginjal,” ucap dr Franky Sientoro Sp.A kepada benuanta.co.id, Kamis (20/10/2022).

Adapun ia mengakui sempat turun tangan merawat pasien tersebut selama dua hari dalam kondisi kritis.

Baca Juga :  99 Personel Polres Tarakan Siaga Ops Lilin Kayan 2024

“Kemudian pasien dapat perawatan  intensif di ruang pediatri lalu ditopang bantuan alat ventilator supaya bisa bernafas dengan stabil karena sebelumnya pasien saat bernafas sedikit berat,” tuturnya.

Sementara itu dr. Emma Ratna Fury, Sp.A menambahkan pasien anak usia 2 tahun tersebut diketahui progresive gejala klinis diduga seperti terkena sakit gagal ginjal akut sangat cepat menyerang imunitas tubuh pasien.

Baca Juga :  Kaleidoskop 2024: Pencari Kerja di Tarakan Meningkat

“Karena biasanya anak-anak dengan gagal ginjal akut itu penyebabnya bisa kelihatan, ada bengkak, ada sesak. Tapi anak ini keluhannya hanya ISPA, berobat 4 hari langsung mengalami gangguan difungsi ginjalnya,” ungkapnya.

Sebelumnya, dr. Emma Ratna Fury menceritakan kemarin orang tua anak bersama pasien datang ke RSUD dr Jusuf SK dalam kondisi tubuh lemas. Menurutnya, penanganan lebih lanjut pada pasien anak usia 2 tahun tersebut harus dilakukan cuci darah.

“Anak datang kemarin kondisi badan lemas, muntah, lalu sesuai prosedur dengan anak-anak seperti itu kita diagnosa dehidrasi lalu kita beri cairan, ternyata respons anak tidak bisa buang air kecil, setelah kita penelitian lebih lanjut anak tidak bisa buang air kecil tiga hari. Dari situ kita mulai curiga dari awal kita hanya curiga dehidrasi biasa kita langsung periksa lengkap. Nah dari situlah ketahuan ternyata peningkatan serum kreatinin sudah di tahap yang akut,” tandasnya.(*)

Baca Juga :  Jelang Nataru, BPOM Tarakan Awasi Peredaran Produk Pangan

Reporter: Georgie Silalahi
Editor: Ramli

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *