Wow, Tradisi Iraw Tengkayu Sudah Berjalan Sejak 1817

benuanta.co.id, TARAKAN – Pelarungan Perahu Padau Tujuh Dulung menjadi simbolis terlaksananya Iraw Tengkayu XI di Kota Tarakan. Siapa sangka, Pelarungan perahu berwarna merah kuning hijau tersebut memiliki makna yang begitu dalam khususnya untuk masyarakat asli suku Kalimantan.

Tokoh Budayawan Tidung, Datuk Norbeck mengatakan pelarungan perahu itu sebenarnya memiliki makna mengenang masa kejayaan kerajaan di abad 16 dan 17. Pada masa itu terdapat perahu kebesaran raja bernama Padau Tujuh Dulung, setelah berakhirnya kejayaan mereka membuat perahu tiruan yang menyerupai Padau Tujuh Dulung.

Baca Juga :  Tumpukan Sampah di Pesisir Amal Tak Ada Obat

“Filosofisnya tujuh itu jumlah hari ada tujuh pemikul kiri kanan, kemudian lainnya ada dua belas bulan dalam setahun ini ada 12 pembawa Panji kemudian 30 hari dalam sebulan ada 30 pemain hadra ,” urainya, Senin (10/10/2022).

Sementara untuk jumlah penari sendiri tidak ditentukan. Namun ke depan pihaknya berencana membagi beberapa kelompok tari. Menurutnya sendiri pengelompokan tarian ini harus disesuaikan seperti dari gerak tangan penari.

Datu mengatakan, bahwa sebenarnya pagelaran Iraw Tengkayu ini sudah digelar sejak zaman nenek moyang di tahun 1817. Tetapi, saat ini pelaksanaan Iraw Tengkayu dihitung dari Tarakan menjadi kota madya.

Baca Juga :  Pejabat Dandim 0907/Trk Berganti

“Iraw kan pesta ucapan rasa senang rasa suka, segala yang baik-baik diingat, sebenarnya ini dilakukan pada hari ulang tahun pelantikan raja, kan ini tidak sama jadi biasanya ganti raja ganti lagi pelaksanaannya,” katanya.

Lebih jauh ia ungkapkan bawa perayaan ini juga mempertimbangkan hitungan air yang waktunya sendiri sekitar lewat dari jam 12 siang ketika air sudah mulai naik.

Baca Juga :  Beras SPHP Perum Bulog Rusak Boleh Dikembalikan

“Selepas tengah hari baru diadakan, kalender air itu pas hari ini. Disamping itu juga tanggal 8 Oktober pas Tarakan jadi Kota Madya,” tukasnya.

Dalam pelarungan dan sebelum pelarungan terdapat tradisi sendiri seperti dupa dan percikan beras kuning ke perahu Padau Tujuh Dulung itu. Seiring berjalannya waktu hal ini dijadikan atraksi.

“Prosesi tari ini juga persembahan lah sebelum Padau Tujuh Dulung sebelum diturunkan ke laut,” pungkasnya. (*)

Reporter: Endah Agustina

Editor: Matthew Gregori Nusa

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *