benuanta.co.id, TARAKAN – Peristiwa longsor yang memakan korban saat sedang menambang pasir, sebelumnya telah menjadi antisipasi warga Jalan Anggrek Kelurahan Karang Anyar.
Bongkahan tanah yang tinggi dengan posisi lereng sangat curam, kini menghebohkan masyarakat terutama warga RT 15 Gang Anggrek II. Meninggalnya Galih (23) akibat tertimbun longsor, menurut warga dapat menjadi pembelajaran bagi para penambang dan pihak yang membutuhkan pasir.
Seperti halnya Durahman, seorang kepala keluarga yang kediamannya dekat dengan lereng tersebut, kerap mengingatkan agar para penambang untuk berhati-hati saat menggali tanah itu.
Pasalnya, bukan sekali dua kali penambangan pasir ini dilakukan. Warga RT 15 ini selalu mewaspadai risiko yang terjadi.
Pemuda bernama Galih (23), kini dinyatakan meninggal dunia karena tertimpa longsor selama satu setengah jam. Peristiwa ini, seakan menjadi pembelajaran kepada semua pihak agar lebih berhati-hati.
“Saya pernah ingatkan orang-orang untuk hati-hati, kalau gali itu dari bagian atas (lereng) dulu, tapi kadang orang tidak dengar, ya tanahnya dikorek dari bawah terus ya runtuh jadinya,” ucap Durahman kepada benuanta.co.id, Kamis (18/8/2022).
“Sudah lama lereng ini diambil tanahnya, hampir setiap hari orang ngambil,” tuturnya.
Meski demikian, ia mengaku bahwa lereng tanah berpasir itu menunjukkan kepemilikan warga Kelurahan Kampung Empat.
Kemudian juga, Ketua RT 15, Muhamad Azis Alfatah memastikan pihaknya telah mengimbau agar lereng di wilayah kerjanya beresiko longsor.
“Aktivitas korban memang lagi menggali pasir, karena ada pesanan. Sebagai Ketua RT 15, mau menegur pun serba salah kita. Nanti dikira tidak suka dengan pekerjaan mereka. Saya sih sifatnya ya mengimbau saja,” tutur Azis.
Selain warga, sesaat setelah kejadian yang menimpa Galih, para petugas pun membenarkan posisi kemiringan lereng itu sangat curam alias mungkin mendekati angka 90 derajat. “Sehingga kalau fondasi di bawah digali, tentu di atasnya runtuh,” beber Kabid PMK Eko Santoso, petang ini.
Upaya penyelamatan dan evakuasi Galih, kata Eko tergolong sulit karena korban tertimbun sekujur tubuh yang membuatnya meninggal dunia.
“Longsor sempat terjadi 3 kali, yang membuat korban tertimbun seratus persen. Awalnya rekan kerja korban berusaha mencari dan menggali bagian kepala korban agar terbukanya ruang pernafasan,” tutup pihak PMK.(*)
Reporter: Kristianto Triwibowo
Editor: Ramli