benuanta.co.id, TARAKAN – Semakin banyaknya warga Kalimantan Utara (Kaltara) yang menjadi korban keganasan buaya, tentu tak luput dari perhatian Basarnas Tarakan. Peristiwa ini kian menjadi tantangan Basarnas untuk melakukan operasi SAR, lantaran instansi vertikal ini tak memiliki fungsi khusus penanganan buaya.
Menyoal buaya, dalam kurun waktu lebih dari setengah tahun ini, terdapat 5 warga Kaltara yang menjadi korban keganasan buaya dan 3 di antaranya merupakan Warga KTT sedangkan 2 warga lainnya merupakan warga Kabupaten Nunukan.
Dijelaskan Kepala Kantor Basarnas Tarakan, Syahril, SE pihaknya tak pernah absen dalam berbagai operasi SAR termasuk korban keganasan buaya.
Syahril membenarkan, bahwa tim SAR enggan mempunyai kemampuan lebih dalam penanganan korban yang diterkam buaya. Personel SAR berfokus pada langkah evakuasi kata dia.
“Untuk metode, kita dari tim SAR belum memiliki skill dalam penanganan buaya saat operasi SAR dan kita hanya sifatnya menunggu jika korban mengapung di perairan,” ujar Kepala Kantor SAR Tarakan, Syahril, SE kepada benuanta.co.id, Rabu (27/2022).
Berbagai pihak mengaku prihatin atas termangsanya warga dan nelayan dalam beberapa hari terakhir. Basarnas menekankan agar masyarakat selalu berwaspada dari bahaya keganasan buaya.
Sebelumnya Tim SAR gabungan pun berhasil menemukan jenazah warga KTT dan Nunukan di dalam perut buaya dan akhirnya dapat dievakuasi bersama warga.
“Atensi dari pihak SAR, mengimbau agar berhati hati dalam melaksanakan aktivitas khususnya di daerah air tawar, muara ataupun bakau. Apalagi dimalam hari harus extra hati-hati karena visibility berkurang dalam meliat binatang buas atau lainnya,” tambahnya.
Kantor SAR Tarakan memastikan berbagai perangkat SAR selalu digunakannya guna memberikan operasi SAR terhadap korban yang diduga termangsa buaya.
“Untuk dukungan tetap kita mengupayakan alut sista utama kita RIB (Rigid Inflatable Boat), alat komunikasi dan peralatan medis. (*)
Reporter: Kristianto Triwibowo
Editor: Matthew Gregori Nusa