Banjir Sembakung Perlahan Surut, Warga Diimbau Waspada Buaya 

benuanta.co.id, NUNUKAN – Banjir Kembali merendam pemukiman warga di Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan sejak Rabu, (22/6) namun saat ini telah perlahan surut, Jumat, 24 Juni 2022.

Ryan, Warga Desa Atap, mengatakan banjir itu sejak Rabu kemarin sudah merendam pemukiman warga, namun tidak mengakibatkan rumah terendam. Banjir ini sudah biasa dihadapi oleh masyarakat, tidak terlalu membuat panik apalagi sampai mengungsikan diri ditempa yang lebih tinggi.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
2011 votes

“Tidak ada yang mengungsi, tetap bertahan didalam rumah, air ini sudah surut, dan sudah bisa beraktivitas kembali,” kata Ryan kepada benuanta.co.id, Jumat (24/6/2022).

Baca Juga :  267 Pelanggaran Selama Ops Ketupat Kayan di Nunukan

Banjir yang menggenangi pemukiman turut mempengaruhi aktivitas masyakarat setempat. Mau tak mau warga pun harus menggunakan perahu sebagai sarana untuk tetap beraktivitas.

Sub Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nunukan, Mulyadi, S.ST., mengatakan, pihaknya selalu memantau ketinggian air di wilayah Sembakung, Lumbis dan kecamatan lainnya, kemarin air sempat naik diketinggian 3,53 cm, di atas normal.

Baca Juga :  Bobol Rumah dan Konter HP, Mantan PMI Ini Diringkus Polisi

“Hari ini sudah mengalami penurunan, dan sudah normal kembali. Batas normal itu 3 Cm, sedangkan titik tertinggi itu 5,28 Cm, yang bisa merendam Kecamatan Sembakung, dengan 8 Desa,” ujarnya.

Kata Mulyadi, mereka bekerja sama dengan pihak kecamatan, kepala Desa, Tagana, Desa Tangguh Bencana (Destana) untuk melakukan himbauan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati ketika banjir terhadap binatang buas seperti buaya.

“Warga harus waspada dengan adanya buaya yang bisa kapan saja naik di pemukiman warga, ikut air banjir, dan selalu mengawasi anak-anaknya,” jelasnya.

Baca Juga :  Terindikasi CPMI Non Prosedural, Imigrasi Tunda Keberangkatan Tiga Calon Penumpang ke Tawau

Mulyadi juga mengharapkan kepada pemerintah kecamatan agar bisa membentuk peta rawan bencana, dan bisa mendata jumlah kepala keluarga (KK), jumlah jiwa, jumlah rumah. Rumah ini nantinya akan dihitung diketinggian satu meter, dua dan tiga ada berapa rumah.

“Ketika ketinggian air yang diukur kita sudah tau rumah yang tergenang air, tanpa lagi menghitung satu persatu rumah,” jelasnya. (*)

Reporter: Darmawan

Editor: Ramli

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *