BI Tekankan Digitalisasi Sebagai Kunci Ekonomi Indonesia Pascapandemi

Jakarta – Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menekankan digitalisasi sebagai salah satu kunci masa depan ekonomi Indonesia pascapandemi COVID-19.

“Kami ingin membawa digitalisasi Indonesia ke ASEAN, lalu ke ranah global, pada G20 di Indonesia,” kata Perry dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
1590 votes

Perry menyebut digitalisasi berkembang amat cepat di Indonesia dan pemanfaatan digitalisasi penting untuk pengembangan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan di masa depan.

Digitalisasi, utamanya digitalisasi pembayaran adalah salah satu dari enam agenda prioritas jalur keuangan pada Presidensi Indonesia di G20 2022 pada Juli mendatang.

Poin tersebut ditegaskannya saat menghadiri Indonesia-Singapore Business Forum 2022 di Singapura, Selasa (14/6) lalu.

Baca Juga :  Gubernur Koordinasikan Ekstra Flight Khusus Mudik Lebaran 

Saat ini, tuturnya, Indonesia dan negara-negara lain di ASEAN di antaranya sedang bersiap mengembangkan inisiatif sistem pembayaran lintas batas negara, termasuk dengan melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). BI mencatat sebanyak 18 juta UMKM di Indonesia telah terdigitalisasi.

“18 juta adalah angka yang besar, tapi sebetulnya kecil, karena kita memiliki 65 juta UMKM yang perlu dihubungkan (secara digital),” ungkapnya.

Perry juga menyampaikan bahwa Indonesia memiliki pasar ritel yang amat besar dan perlu dirangkul untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Dalam kesempatan yang sama CEO dan co-founder Blibli Kusumo Martanto mengatakan para konsumen di Indonesia menggunakan platform e-commerce untuk membeli kebutuhan sehari-hari baik dari UMKM maupun perusahaan-perusahaan besar selama pandemi COVID-19.

“Selama pandemi, bagaimana orang-orang mendapatkan sanitizer, masker, obat-obatan, di situlah kami memainkan peran besar,” ujarnya.

Baca Juga :  Aktifkan Satgas RAFI, Pertamina Memastikan Layanan Energi Selama Ramadan dan Idul Fitri 1445 H di Kaltara Terpenuhi

Berdasarkan penelitian pada tahun 2021 yang dilakukan oleh Blibli dengan Boston Consulting Group dan Kompas, UMKM yang beralih ke online bisa memiliki pendapatan 1,1 kali lebih tinggi dari UMKM yang hanya beroperasi offline.

Sementara UMKM yang online juga 2,1 kali lebih mungkin untuk menjual berbagai produk dalam skala nasional dan 4,6 kali lebih mungkin untuk mengekspor produknya ke luar negeri.

Namun berdasarkan studi Sirclo, 74,5 persen konsumen masih berbelanja baik offline dan online selama pandemi. Sehingga Kusomo melihat masa depan ritel di era pasca pandemi sebagai integrasi antara kanal online dan offline, atau omnichannel.

Oleh karenanya, Blibli terus memperkuat ekosistem omnichannel-nya di antaranya melalui Blibli InStore, Click and Collect, dan Blibli Mitra, yang menghubungkan operasi bisnis online dan offline dalam ekosistem yang terintegrasi bagi mitra ritel Blibli.

Baca Juga :  Pertamina Tambah Kuota BBM dan LPG untuk Kebutuhan Ramadan hingga Lebaran

“Belanja omnichannel telah menjadi norma yang baru. Kita harus bisa siap untuk memberikan layanan omnichannel yang cepat dan tanpa cela,” kata Kusumo.

Sementara itu CEO Tiket.com George Hendrata menyatakan bahwa pelatihan untuk sumber daya manusia masih diperlukan untuk merealisasikan potensi digitalisasi. Begitu juga dengan kepala Deputi Teknologi dan Konsumen untuk Temasek Fock Wai Hoong yang menyampaikan bahwa talenta sumber daya manusia memang menjadi hambatan besar untuk perkembangan teknologi.

“Ini menjadi tantangan untuk kita semua, bagaimana untuk berfokus untuk reskilling dan upskilling populasi pekerja kita sementara kita bersiap untuk berpartisipasi di internet economy,” ucap dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *