benuanta.co.id, BULUNGAN – Kawasan hutan mangrove di Kabupaten Bulungan cukup melimpah dan dapat dimanfaatkan serta mendatangkan nilai ekonomi bagi daerah. Salah satunya Desa Ardimulyo, Kecamatan Tanjung Palas Utara memiliki potensi mangrove yang besar.
Perkumpulan Lingkar Hutan Lestari (PLHL) Kaltara mendorong Desa Ardimulyo mengembangkan produk desa sebagai salah satu program daerah yakni one village one product. Terlebih saat ini adanya program Transfer Anggaran Berbasis Ekologis (TAKE), memberikan peluang desa melakukan pengelolan sumber daya alamnya secara mandiri.
“Kami bersama warga setempat melakukan pemetaan potensi mangrove, tak hanya sebagai potensi wisata. Buah dari pohon mangrove itu dapat dimanfaatkan, sementara saat ini belum termanfaatkan, padahal bernilai ekonomis jika dimaksimalkan,” ungkap Direktur PLHL Kaltara, Wastaman kepada benuanta.co.id, Selasa 31 Mei 2022.
Dia mengatakan hutan mangrove di Desa Ardimulyo ini cukup luas sekitar 90 hektare (Ha), potensi yang tersedia hasil survei sekitar 8 kilometer pada jalur sungainya dipenuhi buah mangrove. Ternyata buah mangrove itu belum dimanfaatkan sama sekali.
“Dari buah-buah mangrove inilah bisa dijadikan berbagai olahan panganan hingga produk kecantikan. Kemarin kami melaksanakan pelatihan pengolahan buah mangrove itu sebagai sarana meningkatkan produk dan ekonomi desa,” tuturnya.
Wastaman menjelaskan hasil pemetaan lapangan didapati ada 2 jenis buah mangrove yang dapa diolah jadi bahan panganan, diantaranya Rhizopora, jenis mangrove yang dapat diolah menjadi kopi. Lalu jenis lainnya yaitu Cylocarpus yang bisa dijadikan bahan produk kecantikan.
“Jenis Rhizopora ini bisa dijadikan kopi dan bermanfaat untuk kesehatan dan stamina. Sedangkan jenis Cylocarpus bisa menjadi bahan olahan produk kecantikan, baik untuk masker dan bedak lulur,” sebutnya.
Sementara itu, Yosran Efendi selaku Direktur Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Ardimulyo menuturkan potensi itu sendiri dapat mendorong ekonomi desa dan menjadi peluang bagi desanya untuk bisa memaksimalkan peluang program TAKE kedepannya.
“Kita harapkan setelah pelatihan ini tidak hanya berhenti dilihat sebagai kegiatan pemberdayaan. Namun benar-benar dilihat sebagai peluang. Bisa peluang yang lebih murah dan ramah lingkungan,” singkatnya. (*)
Reporter: Heri Muliadi
Editor : Nicky Saputra