benuanta.co.id, TARAKAN – Pemakaman jenazah warga Toraja, identik dengan bangunan makam bernama Patane. Bangunan tersebut berisikan jenazah sanak keluarga, yang apabila semakin mengecil akibat pelapukan maka peti jenazah tersebut akan digantikan dengan bongkahan kain.
Kepada benuanta.co.id, tokoh masyarakat adat Toraja, Petrus Sampe menuturkan bahwa patane merupakan sebuah rumah untuk menyimpan jenazah. Dengan kata lain rumah ini merupakan makam modern. Bentuknya seperti rumah berukuran mini dengan berbagai macam desain.
“Membangun Patane menghabiskan dana sekitar Rp 100 juta, sehingga kita harus patungan bersama keluarga. Patane tidak dapat diisi penuh dengan peti jenazah. Apabila kondisi peti semakin rusak termakan waktu, jenazah harus dikeluarkan dan dibungkus dengan kain, jadinya mengecil karena tinggal tulang,” ungkapnya, usai melakukan ritual Ma’nene pada Jumat (13/4/2022).
Beragam cara pun ditempuh oleh para keluarga, agar jenazah sanak keluarganya tersusun rapi di makam bernama Patane itu. Upaya menyusun rapi dan mengganti peti yang sudah mulai rusak dengan kain, bertujuan agar ruang di dalam Patane’ dapat digunakan bagi jenazah sanak keluarga lainnya yang meninggal dunia.
“Kalau sudah semakin kecil dan digantikan pembungkusnya dengan kain, maka ratusan jenazah pun bisa tertampung di Patane.
Jadi tinggal disusun saja,” sebut Petrus (53).
Berbagai keluarga dan lintas generasi yang meninggal dunia dapat dimakamkan di Patane milik setiap keluarga. “Supaya juga tidak makan tempat, kalau satu-satu kan makan tempat dan tanah juga terbatas,” tutupnya.
Pantauan benuanta.co.id, di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kristiani di Kelurahan Juata Laut, tampak banyak Patane berdiri kokoh dengan beragam desain. Berbagai ukuran dari kecil, sedang dan ukuran besar pun terlihat.
Bangunan yang berisikan jenazah warga Toraja tersebut, kerap dilakukan ritual Ma’nene setiap tahunnya. (*)
Reporter: Kristianto Triwibowo
Editor: Matthew Gregori Nusa