Tarakan – Inflasi periode Maret 2022 utamanya disebabkan oleh komoditas hortikultura seperti cabai rawit (andil 0,26%) dan bawang merah (andil 0,05%) yang mengalami lonjakan harga, seiring dengan adanya pergeseran musim pada daerah pemasok di tengah permintaan yang meningkat menjelang Bulan Ramadhan.
Kenaikan tekanan inflasi juga terjadi pada komoditas angkutan udara seiring dengan dilonggarkan pembatasan mobilitas masyarakat serta mulai tidak diwajibkannya PCR ataupun antigen sebagai prasyarat penerbangan untuk masyarakat yang telah melakukan vaksinasi lengkap.
“Kondisi ini sejalan dengan kemajuan penanganan Covid-19 yang terbukti dari mulai melandainya jumlah penderita. Sampai dengan bulan Maret jumlah kasus aktif covid-19 di Kaltara tercatat sebanyak 259 orang jauh lebih rendah dibandingkan bulan Februari sebanyak 2.892 orang,” ujar Kepala KPwBI Provinsi Kalimantan Utara, Tedy Arief Budiman melalui siaran pers.
Provinsi Kaltara mengalami inflasi 0,72%(mtm) meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang mengalami deflasi 0,01%(mtm). Kota Tarakan mengalami inflasi sebesar 0,52%(mtm), sedangkan Tanjung Selor sebesar 1,50% (mtm).
Meskipun mengalami peningkatan, inflasi Kaltara secara tahun kalender (Desember 2021 ke Maret 2022) sebesar 1,18% (ytd) masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 1,20% (ytd). Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah dalam wadah TPID akan terus bersinergi dalam melaksanakan program pengendalian harga dalam kerangka 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif), serta menjaga ekspektasi inflasi tahun 2022 yang diyakini masih akan berada di sasaran target inflasi, yaitu 3±1%.
“Kenaikan tekanan inflasi pada bulan Maret 2022 didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau karena adanya pergeseran musim pada daerah sentra produksi yang menjadi pemasok Kalimantan Utara di tengah naiknya demand masyarakat menjelang Bulan Ramadhan,” jelas Tedy.
Selain itu, cuaca buruk juga mempengaruhi produktifitas hasil tangkap dan budidaya ikan di Kaltara sehingga meningkatkan tekanan inflasi pada komoditas perikanan khususnya Ikan Bandeng. Beberapa komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan terbesar dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau antara lain cabai rawit (0,26%), bawang merah (0,05%), sayur olahan (0,05%) dan ikan bandeng (0,03%).
Sementara itu, komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan terbesar yaitu bayam (-0,07%), telur ayam ras (-0,06%), ikan layang (-0,04%), dan tomat (-0,04%). Secara bulanan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat mengalami inflasi sebesar 0,78% (mtm) atau tercatat inflasi secara tahunan sebesar 5,12% (yoy).
“Sejalan dengan tekanan inflasi pada kelompok makanan minuman dan tembakau, tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok transportasi terutama disebabkan oleh pelonggaran mobilitas oleh masyarakat serta dicabutnya peraturan terkait kewajiban PCR dan antigen masyarakat yang akan bepergian menggunakan angkutan udara,” ucapnya.
Selain itu, faktor menjelang Bulan Ramadhan juga menjadi pendorong kelompok transportasi mengalami inflasi seiring dengan meningkatnya demand dari masyarakat untuk bepergian ke luar daerah. Kondisi kenaikan mobilitas ini sejalan dengan adanya kenaikan pada Google Mobility Report (GMR). Kondisi tersebut diyakini mendorong kenaikan tarif angkutan, khususnya angkutan udara. Kelompok transportasi tercatat mengalami inflasi sebesar 0,94% (mtm) atau secara tahunan kelompok tercatat inflasi sebesar 15,65% (yoy).
“Mencermati perkembangan inflasi tersebut, koordinasi antara Pemerintah, Bank Indonesia, dan lembaga terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus diperkuat. Salah satu upaya penguatan koordinasi dimaksud adalah melalui penyelenggaraan High Level Meeting (HLM) TPID,” jelasnya.
HLM TPID yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dari tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Utara ini diharapkan mampu menghasilkan langkah-langkah strategis dalam menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, maupun ekspektasi masyarakat menjelang Bulan Ramadhan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri 2022.
Bank Indonesia juga terus aktif bersinergi dengan berbagai pihak termasuk Pemda melalui berbagai program termasuk penguatan korporatisasi dan kelembagaan, pengembangan kapasitas produksi, maupun perluasan pasar UMKM pangan dikala pandemi.
Pada tahun 2022 inflasi diprakirakan berada pada rentang sasarannya 3,0±1%. Prakiraan ini utamanya disebabkan oleh permintaan domestik yang diprakirakan membaik dan transmisi harga global ke domestik yang berlanjut di tengah ekspektasi inflasi dan nilai tukar yang terjaga. Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi sesuai kisaran targetnya.
Koordinasi kebijakan dengan Pemerintah tersebut terutama ditujukan untuk mengantisipasi risiko inflasi komoditas pangan strategis, baik pada kelompok Volatile Food (VF) maupun kelompok inti, dari kemungkinan adanya gangguan pasokan dan distribusi yang berasal baik dari global maupun domestik.
“Selain itu, adanya kenaikan harga beberapa komoditas pada kelompok Administered Prices (AP) seperti kenaikan tiket angkutan udara, Bahan Bakar Minyak (BBM), cukai rokok dan PPN juga perlu mendapat perhatian. Kebijakan moneter Bank Indonesia akan tetap konsisten dalam mengelola ekspektasi inflasi sesuai sasaran. Di samping itu, sinergi Bank Indonesia dan Pemerintah akan terus difokuskan untuk menjaga daya beli masyarakat sebagai bagian dari upaya mendukung program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN),” tuturnya.
Intermediasi Perbankan
Posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Kaltara pada bulan Februari 2022 kembali melanjutkan tren pertumbuhan positif yakni sebesar 14,04% (yoy) atau Rp14,55 triliun. Kondisi ini sejalan dengan berlanjutnya tren pemulihan ekonomi masyarakat Kaltara pada bulan Februari 2022 di tengah risiko kenaikan kasus Covid-19. Peningkatan ini terutama terjadi pada keseluruhan jenis simpanan baik tabungan, deposito, maupun giro dengan rincian sebagai berikut:
Tabungan dengan pangsa tertinggi sebesar 53,5% dari total DPK, tumbuh positif sebesar 14,76% (yoy), yaitu dari Rp6,78 triliun pada Februari 2021, menjadi Rp7,79 triliun pada Februari 2022.
Deposito dengan pangsa 28,2% mengalami pertumbuhan positif sebesar 14,65% (yoy) atau Rp4,11 triliun. Capaian ini melanjutkan tren positif pertumbuhan dua digit pada Desember 2021 yang tercatat tumbuh sebesar 10,27% (yoy). Giro yang memiliki pangsa 18,2% mengalami pertumbuhan sebesar 11,05% (yoy), yaitu dari Rp2,39 triliun menjadi Rp2,65 triliun.
Posisi kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi Kaltara pada Februari 2022 tercatat tumbuh positif 24,61% (yoy), yaitu dari Rp10,72 triliun pada Februari 2021 menjadi Rp13,36 triliun pada Februari 2022. Pertumbuhan kredit yang tinggi ini didukung dengan kualitas kredit yang terjaga dengan NPL Gross di level 0,96%, lebih rendah daripada ambang batas aman yaitu 5%. Kredit yang disalurkan pada Februari 2022 tersebut terutama disalurkan untuk kredit investasi yaitu mencapai 33,23% dari total kredit yang disalurkan di Kaltara.
Secara sektoral Pada Februari 2022, Lapangan Usaha (LU) Pertanian dan Kehutanan (pangsa 29,15%) menjadi LU dengan pertumbuhan tertinggi mencapai sebesar 115,23% (yoy), terutama didukung oleh kinerja sub sektor perkebunan yang sedang menikmati tren kenaikan harga komoditas CPO. Selain itu, LU Perdagangan dengan posisi kredit terbesar kedua (pangsa 19,18%) kembali melanjutkan pertumbuhan positif sebesar 18,65% (yoy).
Sektor tersebut mencatatkan performa yang baik di tengah pelonggaran-pelonggaran mobilitas masyarakat di Kaltara sejak awal tahun 2022, sejalan akselerasi vaksinasi dan kemajuan penanganan Covid 19 di Kaltara. Selanjutnya, LU Kontruksi (pangsa 1,94%) melanjutkan tren perbaikan pertumbuhan dari bulan sebelumnya, meski masih mengalami kontraksi sebesar 4,78% (yoy) yang disinyalir akibat masih banyaknya perusahaan yang menahan realisasi investasinya.
Berdasarkan jenis penggunanya, kredit konsumsi dengan pangsa terbesar (37,32%) mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,27% (yoy) atau senilai dengan Rp4,98 triliun pada Februari 2022. Kondisi ini didukung oleh masih berlanjutnya kebijakan dari Pemerintah dan Bank Indonesia dalam bentuk insentif dan stimulus hingga awal tahun 2022. Kebijakan tersebut antara lain pelonggaran uang muka (down payment/DP) kredit/pembiayaan kendaraan bermotor dan rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) kredit atau pembiayaan properti serta perpanjangan pemberian insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk mobil baru yang diperpanjang hingga September 2022.
Perbaikan kredit konsumsi juga sejalan dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang masih menunjukkan area optimis. Kredit investasi dengan pangsa 33,23% juga kembali mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 89,99% (yoy) atau senilai 4,44 triliun.
Tingginya pertumbuhan pada kredit invetasi di dorong oleh peningkatan kredit investasi pada lapangan usaha pertanian sub sektor perkebunan. Hal ini sejalan dengan harga komoditas global terutama untuk komoditas kelapa sawit yang terus menunjukkan tren peningkatan harga hingga awal tahun 2022. Selanjutnya kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 29,45% berhasil mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,53% (yoy) atau senilai dengan Rp3,94 triliun.
Sementara itu, jika dilihat dari Rasio Kredit dibandingkan dengan Pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga atau Loan to Deposit Ratio (LDR) di Provinsi Kaltara pada Februari 2022, terjadi peningkatan sebesar 91,84% dari bulan sebelumnya yang sebesar 90,88%.
Perkembangan Sistem Pembayaran Bank Indonesia
Pelaksanaan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) melalui layanan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) yang diselenggarakan oleh KPwBI Prov. Kaltara sepanjang bulan Februari 2022 telah berlangsung dengan efisien, aman, andal dan lancar. Hal tersebut tercermin dari tingkat ketersediaan (availability) sistem yang mencapai 100% dan tidak terdapat unsettled transaction.
Nilai transaksi BI-RTGS pada bulan Februari 2022 tercatat sebesar Rp721,28 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 57,63% (yoy). Selanjutnya, volume transaksi RTGS tercatat sebanyak 524 transaksi atau mengalami kenaikan sebesar 1,35% (yoy).
Sementara itu, nilai transaksi transfer atau
melalui SKNBI pada bulan Februari 2022 tercatat mengalami kenaikan sebesar 1,31% (yoy) atau Rp384,44 miliar. Di sisi lain, volume transaksi SKNBI mengalami penurunan sebesar 15,69% (yoy) atau menjadi sebanyak 8.079 transaksi.
Dari sisi perkembangan jumlah pengguna baru QRIS di Provinsi Kalimantan Utara, tren positif kembali berlanjut pada bulan Maret 2022. Tercatat terdapat total sebanyak 4.995 pengguna baru QRIS, meningkat sebanyak 1.939 pengguna baru jika dibandingkan 31 Desember 2021 (3.016 pengguna) atau sebesar 64,29% (ytd). Berdasarkan target pencapaian tahun 2022, jumlah pengguna baru Kaltara telah tercapai sebesar 5,81% dari total target sebanyak 33.000 pengguna baru.
Perkembangan Aliran Uang Rupiah
Sepanjang bulan Maret 2022, terdapat arus uang keluar (outflow) dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara sebesar Rp195,56 miliar atau mengalami penurunan sebesar 14,76% (yoy) dibanding Maret 2021. Sementara arus uang masuk (inflow) mencapai Rp142,21 miliar atau turun sebesar 2,18% (yoy) dari periode yang sama pada tahun 2021. Dengan demikian, pada Maret 2022 KPwBI Prov. Kaltara mengalami net outflow sebesar Rp53,35 miliar.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara secara teratur melakukan dropping dan penarikan uang pada 3 (tiga) Kas Titipan Bank Indonesia (Tanjung Selor, Malinau dan Nunukan) sesuai kebutuhan.
Bank Indonesia berupaya memberikan pelayanan prima untuk memfasilitasi penukaran uang rupiah di masyarakat dalam jumlah yang cukup khususnya selama periode Ramadhan/Idul Fitri 1443H. Untuk lebih menjangkau masyarakat, Bank Indonesia bersinergi dengan perbankan membuka total di 36 outlet dimasing-masing jaringan kantor pelayanan bank di wilayah Kaltara.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara juga telah menyiapkan uang kartal sebesar Rp 920 Miliar untuk mengantisipasi peningkatan kebutuhan uang tunai di Kaltara. Jumlah ini cukup untuk memenuhi kebutuhan uang masyarakat baik dari jumlah nominal maupun pecahan yang dibutuhkan masyarakat. Kebutuhan uang Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri diperkirakan sebesar Rp558,4 Miliar, yang terdiri dari uang pecahan besar Rp100.000,- dan Rp50.000,- sebesar Rp527 Miliar, sedangkan Uang pecahan kecil Rp20.000,- ke bawah sebesar Rp31,4 Milliar.(*)
Sumber: KPwBI Provinsi Kalimantan Utara
Editor: Ramli