Dinkes: Tuberculosis Rata-rata Menyerang Usia Dewasa

benuanta.co.id, TARAKAN – Penyakit yang menyerang paru-paru atau tuberculosis merupakan salah satu yang berbahaya. Terlebih jika terserang virus hal tersebut bisa berakibat fatal.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Tarakan, dr. Devi Ika Indriarti, M.Kes menerangkan bahwa pihaknya melakukan kegiatan penggalangan untuk komitmen penanggulangan tuberculosis.

“Sebenarnya ini sudah dilakukan sejak lama di layanan faskes seperti puskesmas dan rumah sakit. Ini untuk meningkatkan lagi perhatian masyarakat terhadap tuberculosis,” terang Devi, Jumat (25/3/2022).

Diungkap Devi, kasus tuberculosis di Tarakan bersifat stagnan. Untuk itu, kegiatan penggalangan komitmen perlu dilakukan.

Baca Juga :  DP3AP2KB Dampingi Ketat Anak di Bawah Umur yang Diduga Terlibat Prostitusi

Tak hanya itu pihaknya akan melakukan pemeriksaan dahak diseluruh instansi Tarakan.

“Tapi karena pandemi, jadi kegiatan pengambilan dahak itu nggak bisa langsung dilakukan. Jadi dimulai dulu di Dinkes kemudian di tempat lain (OPD lain),” ungkapnya.

Perempuan berambut panjang itu menjelaskan kasus tertinggi tuberculosis di Tarakan rata-rata lebih banyak ditemukan pada orang dewasa, namun tidak jarang juga ditemukan pada anak.

“Jadi setiap orang bisa saja terkena tuberculosis. Jadi kalau 14 hari batuk tanpa henti meski sudah minum obat, coba saja periksa dahaknya di puskesmas,” tandasnya.

Baca Juga :  Cuaca jadi Atensi KSOP Tarakan Selama Momen Nataru

Terpisah, Dokter Spesialis Paru Kota Tarakan, dr. Nila Kartika Ratna mengatakan bahwa gejala tuberculosis biasanya ditandai dengan batuk selama 2 minggu, disertai demam dengan suhu kurang tinggi, penurunan berat badan dan keringat di malsm hari.

“Tapi sekarang dengan penggalangan yang baru itu kadang-kadang yang datang ke rumah sakit itu sudah batuk sebulanan. Padahal kalau sudah ada batuk 14 hari itu penting diperiksa,” jelasnya.

Pengobatan tuberculosis harus dilakukan minimal 6 bulan dan tidak boleh dilakukan secara terputus. Hal inilah yang biasanya menjadi permasalahan penderita tuberculosis yang biasa merasa bosan sehingga perawatan meminum obat terputus di tengah jalan.

Baca Juga :  99 Personel Polres Tarakan Siaga Ops Lilin Kayan 2024

“Padahal kalau minum obat rutin, bisa sembuh seperti semula,” kata Nila.

Jika terlambat mendapatkan perawatan, pasien tuberculosis akan terancam meninggal dunia dikarenakan paru-paru yang rusak sehingga sulit untuk diobati.

“Sudah ada kasus kematian akibat tuberculosis. Tapi jumlahnya tidak banyak. Itu karena datang ke rumah sakit terlambat, ini yang kami minimalisir,” pungkasnya. (*)

Reporter: Endah Agustina

Editor: Matthew Gregori Nusa

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *