Cabai di Tarakan Diklaim Swasembada, Harga Bergantung Kondisi Cuaca

benuanta.co.id, TARAKAN – Kota Tarakan menjadi salah satu wilayah sentral hortikultura, yang memenuhi kebutuhan tanaman pangan di Kalimantan Utara (Kaltara). Selain sayur mayur serta bawang, terdapat pula cabai yang juga diproduksi oleh sebagian tani lokal Tarakan.

Kepala Dinas Peternakan dan Tanaman Pangan (Disnaktangan) Tarakan, Elang Buana menuturkan, untuk memenuhi kebutuhan cabai di Tarakan, sebagian besar memang dari petani lokal. Namun, ada distributor yang mendatangkan dari luar Tarakan.

“Sebenarnya kita sudah swasembada. Tapi sudah dibawa kemana-mana di Kaltara. Jadi, kalau untuk Kaltara, masih kurang. Apalagi musim hujan ini, mempengaruhi harga cabe,” ujarnya, Jumat (25/3/2022).

Baca Juga :  Polres Tarakan Musnahkan 3 Kg Lebih Narkotika, Pengembangan Mengarah ke Jaringan Lintas Daerah

Saat ini, diketahui harga cabai sedang tidak stabil. Elang mengatakan bahwa harga yang mengalami kenaikan ini berlaku secara nasional. Musim hujan yang terjadi terus-menerus sejak beberapa bulan terakhir, cukup berpengaruh.

Lanjut Elang, untuk kebutuhan tanaman pangan padi-padian, dibandingkan kebutuhan dan ketersediaan juga kurang. Sedangkan sayur-sayuran, dari dataran tinggi seperti kentang, wortel, brokoli maupun kubis harus didatangkan dari luar Kaltara, seperti Surabaya.

“Sebenarnya kondisi geografis di Tarakan bisa menanam sayuran dari dataran tinggi, namun dibandingkan ketersediaan lahan dengan kebutuhan sayuran, petani di Tarakan lebih mengutamakan menanam tanaman hijau, termasuk jenis jagung, maupun cabai,” bebernya.

Baca Juga :  Satlantas Polres Tarakan Berlakukan Rekayasa Jalan di Malam Nataru, Ini Titiknya

Saat ini, kebutuhan cabai di Tarakan masih dibantu oleh provinsi lain yakni Sulawesi dan Jawa. Ia mengaku bahwa cabai lokal masih diminati dan terus menerus dicari oleh masyarakat Tarakan.

“Seperti lombok keriting dan lombok besar ini bisa juga memenuhi kebutuhan pasar saat panen petani lokal cuma sedikit. Tapi, ada juga pembeli yang maunya membeli cabe lokal. Mungkin karena rasa atau lainnya. Makanya, cabe lokal ini tetap dicari,” ungkapnya.

Salah satu pedagang cabe rawit di Pasar Gusher, Fani (35) menuturkan, harga cabe yang dibelinya dari petani juga beragam.

Baca Juga :  Sekolah Binaan Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan Raih Penghargaan Sekolah Adiwiyata Nasional 2025

Harga bisa berkisar dari Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu per kilogram. Biasanya, harga dibawa Rp100 ribu karena banyak petani yang panen bersamaan.

“Kalau sekarang ini harganya Rp 120 ribu. Kemarin sempat juga Rp 150 ribu. Karena musim hujan ini, banyak petani yang gagal panen. Petani yang bisa panen sedikit, jadi cabe yang bisa dijual dan sampai ke kami juga terbatas,” jelasnya. (*)

Reporter: Endah Agustina

Editor: Ramli

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *