benuanta.co.id, TARAKAN – Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Kaltara melalui Tim Berantas melakukan pengembangan terhadap kasus penyelundupan sabu di bagasi pesawat Bandar Udara Internasional Juwata Tarakan.
Kepala BNNP Kaltara, Brigjend Pol Samudi menerangkan dari hasil pengembangan didapati tujuh orang pelaku dan tiga di antaranya yakni AM, SU dan BA yang merupakan oknum petugas Asvec Bandara.
“Kalau yang menyuruh AM si pegawai Avsec tadi itu dapat perintah dari Mr. X, kita masih cari itu Mr. X,” katanya.
Berdasarkan hasil interogasi, AM sudah tiga kali melancarkan aksi kriminalitasnya ke provinsi yang sama yakni Sulawesi Tengah.
“Yang pertama itu 4 kilogram (kg), kemudian 6 kg dan ini yang terakhir 8 kg. Dikhawatirkan nanti bisa-bisa 10 kg sampai 15 kg itu,” jelasnya.
Menurut Samudi, ketiga oknum petugas tersebut sudah sangat lihai mengingat hanya mereka saja yang bertugas dalam persoalan pengiriman barang.
“Ya kalau malam pasti hanya mereka-mereka saja, kalaupun ada security pasti di depan kan. Memang kalau sudah caranya seperti ini pasti aman dan lancar, karena yang atur mereka-mereka, tidak melalui SCP, kemudian malamnya barang di situ, mereka juga yang wrapping,” tuturnya.
Dalam hal ini Tim Berantas juga telah melakukan penggeledahan terhadap ketujuh pelaku yang sudah diamankan. Namun, tidak ditemukan barang bukti yang lainnya.
“Untuk yang lain seperti pemeriksaan bukti chat di handphone pelaku kita masih lakukan pendalaman juga dan kita sudah tetapkan dua DPO yakni yang menyuruh AM yaitu Mr. X dan yang menyuruh JO masih kita cari,” tegasnya.
Adapun bukti lain yakni rekening pelaku didapati nominal sebesar Rp 70 juta yang saat ini telah berkurang.
“Tadinya terima Rp 70 juta dari Mr. X, ini melalui rekeningnya SU, kemudian diberikan kepada tersangka lainnya Rp 1.5 juta, memang di rekening berkurang, kemungkinan ini baru DP, kalau sudah lolos baru dilunasi sepertinya,” tuturnya.
Samudi juga menegaskan dalam hal penyelundupan sabu, pihaknya tidak pernah pandang bulu. Pihaknya akan tetap menjalankan tugas sesuai dengan fungsinya.
“Untuk Mr. X yang DPO kita tidak secara rinci dulu, dikhawatirkan dia monitor, padahal dia mau didapatkan dengan harapan nanti kita bisa buka jaringannya. Bisa saja tidak melalui udara aja, tapi pelabuhan, bisa juga lainnya sekitar Tarakan,” pungkasnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Matthew Gregori Nusa