benuanta.co.id, TARAKAN – Capaian vaksinasi primer usia 6 sampai 11 tahun di Kaltara telah menyentuh angka 70 persen. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara mencatat, dari lima kabupaten kota, Kota Tarakan merupakan kota tergesit dalam pelaksanaan layanan vaksinasi.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Kalimantan Utara, Agust Suwandi menuturkan bahwa pelaksanaan vaksinasi usia tersebut awalnya dilakukan oleh Kabupaten Bulungan dan Tarakan karena kedua wilayah merupakan sasaran dengan jumlah terbanyak.
“Tarakan ini cepat sekali pergerakannya. Bahkan sekarang tinggal dosis dua,” tutur Agust, Rabu (2/2/2022).
Menurutnya, jumlah sasaran vaksin yang dilakukan Tarakan dan Bulungan akan mendongkrak wilayah lain di Kaltara, seperti Tana Tidung, Nunukan dan Malinau hingga mampu meningkatkan cakupan vaksinasi di Kaltara.
“Tana Tidung dan Malinau sasarannya kan kurang banyak. Yang besar ini Tarakan, Bulungan dan Nunukan. Tapi yang terendah ini Malinau dan Tana Tidung karena mereka baru memulai (vaksinasi usia 6 sampai 11 tahun),” katanya.
Adapun wilayah yang masih tercatat lamban ialah Tidung dan Malinau. Sebab, adanya aturan yang sebelumnya mengharuskan agar tiap wilayah di Indonesia telah mencakup 60 persen vaksinasi lansia, sehingga Tana Tidung dan Malinau belum diperkenankan melakukan vaksinasi usia 6 hingga 11 tahun.
“Tapi dengan adanya aturan terbaru ini bahwa seluruh kabupaten kota bisa melakukan vaksinasi usia 6 sampai 11 tahun, jadi Tana Tidung dan Malinau sudah bisa bergerak dibulan Januari ini. Jadi ini hanya masalah aturan, bukan lambat kerja,” jelas Agust.
Agust yang juga menjabat sebagai Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kaltara menerangkan, selama pelaksanaan vaksinasi usia 6 hingga 11 tahun yang dilakukan sejak Desember 2021 lalu, tidak ditemukan adanya gejala kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang memberatkan anak.
Hanya saja, kipi ringan yang biasa terjadi seperti demam, mual dan muntah dan sebagainya.
“Itu memang tanda biasa, setiap orang reaksinya berbeda. Tapi kipi berat yang sampai mengalami perawatan atau shock berat itu belum ada,” pungkasnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Ramli