benuanta.co.id, TARAKAN – Perayaan Imlek kali ini tahun Macan Air yang tentunya memiliki arti tersendiri bagi warga Tionghoa.
Ketua Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin) Tarakan, Ayi Diyanto menjelaskan makna Macan Air yang dipercaya sebagai lambang kekuatan akan membawa kesejahteraan di Tahun 2022 ini.
Ia mengatakan macam dikenal dengan kekuatannya, keberaniannya dan kemampuan untuk melakukan sesuatu hal besar.
Sedangkan air di tahun ini, menggambarkan kepekaan ataupun keterbukaan terhadap perubahan.
“Tahun macan air berdasarkan Feng Shui akan menjadi tahun perubahan dimana memiliki arti situasi dapat berubah cepat,” kata Ayi, Selasa (1/2/2022).
Dalam hal ini, macan air juga melambangkan kekayaan kelimpahan dan kemakmuran.
Sehingga pada tahun macan air ini diharapkan adanya kelimpahan kebaikan dan kekuatan untuk berubah. Terutama dalam segi kesehatan dan semangat menjalani hidup.
“Tahun ini keberuntungan, bagus untuk membuka suatu usaha karena shio macan dibarengi dengan air,” tukasnya.
Selain makna shio, warga Tionghoa juga selalu membarengi Imlek dengan makanan-makanan khas seperti jeruk dan kue.
“Kalau jeruk itu khas sudah, setiap tahun ada jeruk. Jeruk ini istilah nya mempererat kita warga Tionghoa bisa makan bersama-sama silahturahmi itu sudah istimewa sekali,” tuturnya.
“Kalau tahun ini, tidak ada kue khusus ya palingan ini ada yang bawa sumbang bakpao saja untuk membarengi ibadah di sini (Kelenteng),” sambung Ayi.
Adapun terdapat pula makanan yang harus dihindari khusus bagi Kwan Im yang tidak boleh menyantap daging-dagingan.
“Kalau Imlek itu tergantung, kalau Kwan Im mereka tidak boleh makan daging daging, daging apa saja barang bernyawa tidak boleh, harus sayur, atau buah begitu,” ujarnya.
Ia berharap bahwa di tahun Macan Air ini Indonesia dan Kota Tarakan dapat terbebas dari pandemi Covid-19.
“Supaya kita lebih makmur, lebih sukses dalam usaha, kesehatan juga semoga kota Tarakan tambah maju pandemi bisa berlalu jangan sampai kayak di Jakarta melonjak lagi kasusnya,” harapnya. (*)
Reporter: Endah Agustina
Editor: Ramli