Kontrol Hewan Ternak Masuk, Pemkab Siapkan Puskeswan di Perbatasan KTT

benuanta.co.id, TANA TIDUNG – Hampir 70 persen kebutuhan daging sapi, telur dan daging ayam yang dipasarkan di wilayah Tana Tidung berasal dari luar daerah. Pemerintah Kabupaten Tana Tidung (KTT) pun tengah berencana menyiapkan Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) untuk memeriksa kesehatan hewan ternak yang dipasok dari luar daerah.

Oleh karena itu Bupati KTT, Ibrahim Ali mengatakan besarnya kebutuhan hewani dari luar daerah harus diperketat dengan pemeriksaan kesehatan.

“Berdasarkan data perputaran uang Bahan Asal Hewan (BAH) produksi daging sapi, telur dan daging ayam lokal hanya 30 persen, sisanya dari luar, paling banyak Berau. Sehingga perlu adanya menyusun kebijakan baru untuk membentuk Puskeswan sebagai check point atau filter barang masuk,” kata Ibrahim Ali, Jumat (28/1/2022).

Adanya Puskeswan ini nantinya akan di tempatkan di pintu perbatasan. Selain efektif sebagai tindakan pencegahan penularan penyakit pada hewan ternak, keberadaannya juga berpotensi meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Tana Tidung.

“Sebelum masuk wajib diperiksa dulu, selain memastikan agar masyarakat tetap sehat. Hal itu juga akan menambah PAD karena jika hewan yang masuk sehat, maka tingkat kebutuhan masyarakat terhadap hewani juga semakin besar,” jelasnya.

Sebelumnya Pelaksana Tuga (Plt) Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Tana Tidung, Rudi Api menyampaikan sejumlah kebutuhan pangan hewani memang masih disuplai dari luar daerah. Dari total kebutuhan daging ayam ras sebanyak 305,04 ton, produksi lokal hanya 72,64 ton.

“Jadi sekitar 232 ton masih dari luar. Ini yang secara bertahap coba kita kurangi. Kita usahakan produksi ayam lokal bisa meningkat,” ujar Rudi Api.

Jumlah ayam yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebanyak 190.650 ekor. Namun produksi lokal baru di angka 45.400.

“Agar bisa memenuhi kekurangan 232 ton daging ayam tadi, kita perlu tambahan 145.250 ekor ayam,” imbuhnya.

Defisit kebutuhan daging memang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah. Selain ayam, saat ini pihaknya juga mengupayakan swasembada daging sapi.

“Kalau untuk sapi kita butuh 4.000 ekor agar bisa swasembada dagingnya karena 10 persen dari populasi itu yang akan dipotong. Sekarang masih di bawah 50 persen. Tapi upaya peningkatan terus kita lakukan, salah satunya lewat inseminasi buatan dan pelatihan budidaya,” tutupnya. (*)

Reporter : Osarade

Editor : Yogi Wibawa

WhatsApp
TERSEDIA VOUCHER

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *