benuanta.co.id, TARAKAN – Edy Mulyadi sontak membuat jagat sosial media (sosmed) kaget dengan pernyataannya. Wartawan senior yang juga terjun di dunia politik itu, menyindir Ibu Kota Negara (IKN) yang terletak di Kalimantan Timur (Kaltim) dengan perumpamaan yang menyinggung banyak pihak.
Hal ini pun menuai berbagai reaksi dari berbagai pihak di Kalimantan. Di antaranya Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalimantan Utara (Kaltara) yang sangat menyesalkan pernyataan Edy Mulyadi, yang seharusnya bisa menjadi contoh bagi wartawan junior malah menunjukkan pernyataan yang menyulut.
Ketua PWI Kaltara, Nicky Saputra Novianto saat dihubungi benuanta.co.id menganggap Edy Mulyadi merugikan diri sendiri lantaran mengeluarkan pernyataan yang membuat dirinya mendapat hujatan di Sosmed, bahkan alinasi hingga ormas di Kalimantan.
“Ucapan yang menurut saya tidak berdasar itu (Kalimantan Tempat Buang Anak Jin), tentunya sudah menyinggung banyak pihak terlebih penduduk asli Pulau Kalimantan,” tegas Nicky.
Menurutnya, sebagai insan intelektual seharusnya pria yang pernah menjadi Caleg PKS tersebut memilih kata yang tidak terkesan meremehkan posisi Kalimantan dan penduduk lokalnya.
“Ini juga tidak memperlihatkan Edy Mulyadi sebagai sosok insan intelektual senior yang memberi informasi yang baik terhadap publik, dan malah sebaliknya,” ujarnya.
“Sebagai Ketua PWI Kaltara juga putra daerah Kalimantan Utara sangat menyesalkan pernyataan Edy Mulyadi. Edy Mulyadi harus meminta maaf kepada warga Kalimantan atas pernyataannya, bila perlu Edy Mulyadi datang langsung ke Kalimantan untuk menyatakan permintaan maaf. Atas ketersinggungan penyebutan nama daerah yang terkesan merendahkan tersebut, maka setiap laporan yang masuk ke kepolisian diharapkan segera diproses dan diadili sesuai UU yang berlaku,” sambung Nicky.
Kendati begitu, ia juga berharap masyarakat Kalimantan khususnya Kaltara tidak tersulut emosi yang berlebih terkait pernyataan Edy Mulyadi. Pun demikian para politikus agar tidak mencampur-adukkan persoalan politik dengan kesukuan, agar hal-hal serupa tidak kembali terjadi.
Senada dengan Nicky Saputra, wartawan senior sekaligus Dewan Kehormatan Provinsi (DKP) PWI Kaltara, H. Rachmat Rolau juga turut menyesalkan pernyataan Edy Mulyadi yang juga tidak memberikan penjelasan terhadap kata-kata yang ia ucapkan.
“Patut disesalkan, apalagi kalau tidak ada penjelasan. Maksudnya ya harus ada penjelasan apa yang dimaksud dengan tempat jin buang anak atau tempatnya monyet tadi,” tegasnya.
Menurut dia, etika seorang wartawan haruslah berbicara dengan fakta dan bukti.
“Kalau benar juga dia wartawan senior itu bicara fakta, itu pun fakta-fakta harus dibuktikan lagi. Karena fakta dengan itu bukti beda, karena jika kita berkata fakta terus ditanya buktinya mana,” pungkasnya.
Disadur dari berbagai sumber, Edy Mulyadi bergabung dengan PWI sejak 1995, dan di awal kariernya sebagai wartawan di Harian Neraca. Terakhir, Edy Mulyadi diketahui tergabung sebagai wartawan Majalah Keadilan, yang saat ini dikenal sebagai Forum News Network (FNN). (*)
Reporter : Endah Agustina
Editor : Yogi Wibawa