Catatan:
H. Rachmat Rolau
(Wartawan Senior)
KALAU tak ada aral, Sabtu, 27 November ini, perhelatan besar – Konferensi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) dilaksanakan. Pelaksanaan konferensi organisasi profesi itu terkonfirmasi dari sejumlah pengurus PWI, melalui rapat pra-penyusunan pantia Steering Committee (SC), dan Organizing Committee (OC).
Ada dua opsi tempat pelaksanaan. Opsi pertama, di Tanjung Selor – Ibukota Provinsi Kaltara. Opsi kedua, Kota Tarakan. Mengapa ada dua opsi? Menurut teman-teman pengurus, Tanjung Selor dipilih lantaran kedudukannya sebagai ibukota. Tradisi ini memang dianut PWI pada setiap perhelatan konferensi provinsi.
Namun, secara kuantitas pemilih, Tarakan jauh lebih banyak. Artinya, wartawan yang punya hak pilih lebih banyak di Tarakan. Namun, sesungguhnya bukan itu satu-satunya dalih. Alasan yang paling mendasar adalah, terkait kemampuan keuangan organisasi. Bila dihelat di Tanjung Selor, otomatis pengeluarannya jauh lebih besar.
Maka dalam rapat diputuskan, Tarakan ditetapkan sebagai tempat pelaksanaan. Pertimbangannya, menghemat biaya. Meski tanggal dan lokasi pelaksanaan konferensi provinsi sudah disepakati, pertanyaan kemudian muncul: “di mana tempat pelaksanaannya”?
Beberapa hari lalu, saya kirim whatsaap (WA) ke Sekretaris PWI, Mansyur. Saya tanya, kapan konferensi dilaksanakan. Ia jawab, tanggal 27 November. Saya lupa tanyakan di mana dilaksanakan. Lagi pula saya pikir panitia pasti sedang mencari.
Namun hari berikutnya, saya terima telepon. Di ujung telepon mengabarkan, tempat acara konferensi di Hotel Tarakan Plaza di Jalan Yos Sudarso. Saya tanya: “apakah anggaran PWI cukup”? Ia jawab: “tidak perlu ada biaya”. “Maksud Anda,”? tanya saya. “Kebetulan Pak gubernur (maksudnya – Drs H. Zainal Arifin Paliwang) bersedia membantu tempat,” sahutnya.
Mendengar ada bantuan Pak gubernur, saya sebagai perintis organisasi PWI Kota Tarakan sejak tahun 1999, merasa lega. Dan mewakili seluruh rekan-rekan pers, saya mengucapkan terimakasih pada gubernur atas segala bantuannya. Bantuan tempat konferensi PWI Kaltara itu merupakan bentuk perhatian besar gubernur terhadap pers.
Bahkan, ketika saya memberikan wejangan jurnalistik di Surat Kabar (Mingguan) Benuanta, pekan lalu, sempat ngobrol dengan teman-teman manajemen. Di antaranya, ada Dikrektur Benuanta, Firman Pamungkas. Ada Pemimpin Redaksi, Nicky Saputra, dan Januddin, selaku Dikrektur Program. Ketiganya mengaku pernah bertemu Pak gubernur.
Pertemuan yang bersifat silaturahim itu, sekaligus dimanfaatkan untuk melaporkan pada gubernur soal rencana pelaksanaan Konferensi. Meski ketiganya bukan termasuk panitia SC dan OC, namun, menurut mereka, tetap ada tanggungjawab sebagai orang pers. Itu sebabnya, saat menemui gubernur, mereka secara langsung mengutarakan kendala yang masih dihadapi, yakni, terkait tempat pelaksanaan.
“Jadi, dengan segala hormat, kami terpaksa memberitahukan ke Pak gubernur soal belum adanya tempat pelaksanaan konferensi. Dan, Alhamudulillah, beliau bersedia membantu,” kata Firman Pamungkas, yang akrab disapa Jojon. Menurut Jojon, Pak gubernur juga setuju konferensi dilaksanakan di Tarakan.
Pertimbangan beliau lebih menghemat biaya.
Semoga saja, bantuan yang telah diberikan gubernur terkait tempat pelaksanaan konferensi itu, menjadi awal dimulainya kerja sama antara Pemerintah dan Pers, demi menyongsong masa depan “Kaltara Rumah Kita”. Rumah untuk semua. Rumah tempat bersatu mewujudkan impian besar: “masyarakat sejahtera”.(*)