Ternak Babi di Malinau Mati Mendadak, Diduga Kena Virus ASF

benuanta.co.id, MALINAU – Beberapa peternak babi di Kabupaten Malinau mulai kebingungan lantaran hewan ternaknya tiba-tiba mati secara mendadak. Hal tersebut diduga akibat penyebaran virus African Swine Fever (ASF) yang sudah masuk di Kabupaten Malinau.

Berdasarkan informasi yang diterima benuanta.co.id, hal tersebut juga dialami oleh Daniel (29) seorang peternak babi di Desa Kaliamok, Kecamatan Malinau Utara yang terpaksa harus kehilangan hewan ternaknya secara tiba-tiba.

Calon Gubernur Kalimantan Utara 2024-2029 Pilihanmu
2018 votes

Daniel menceritakan, kejadian tersebut bermula pada awal bulan September 2021, dimana beberapa babi di peternakannya tidak memiliki nafsu makan dan mulai kehilangan berat badan.

“Dikasih makan gak mau, cuma dihendus aja makanannya. Gak bisa berdiri juga, kadang kalau berdiri kakinya bergetar kita juga bingung kena penyakit apa,” ujarnya kepada benuanta.co.id.

Awalnya hanya satu babi yang kurang sehat, keesokan harinya gejala serupa menular ke beberapa babi ternak yang berada di kandang yang sama diikuti dengan munculnya bintik-bintik berwarna biru kehitaman.

Setelah muncul bintik-bintik dalam waktu satu hari babi tersebut mati secara tiba-tiba. Diikuti oleh babi yang berada di kandang yang sama. Pemilik ternak kebingungan, pasalnya kandang babi tersebut rutin dibersihkan menggunakan air sungai.

Akibat dari penyakit yang diduga virus ASF tersebut, Daniel harus kehilangan beberapa hewan ternaknya dan menguburnya serta tidak mengkonsumsi babi yang memiliki gejala yang serupa.

Daniel mengakui, beberapa kerabatnya yang mempunyai peternakan babi juga mengalami hal yang serupa. Bahkan babi yang mati terbilang cukup banyak.

“Hingga hari ini belum ada imbauan dari pemerintah terkait virus ini. Terutama bagaimana cara mencegahnya,” sebutnya.

Untuk diketahui, pada bulan Februari 2021 virus ASF pertamakalinya tercatat memasuki pulau Kalimantan melalui negara Malaysia. Diduga virus tersebut masuk ke wilayah Indonesia melalui babi hutan liar. (*)

Editor: Matthew Gregori Nusa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *