benuanta.co.id, TARAKAN – Sepekan rencana proyek pembangunan turap Sungai Perikanan di Tarakan hingga kini belum ada sosialisasi langsung kepada nelayan setempat. Pulahan nelayan yang menambatkan perahunya di sepanjang jembatan bertanya-tanya terkait proyek tersebut.
Sejak 20 September 2021 awal mula pemancangan dan pengukuran lokasi pembangunan turap sungai hingga Senin, 27 September 2021 tak satu pun nelayan yang mengetahui pasti informasi terkait teknis pengerjaannya.
“Yang kami tahu wilayah ini punya mereka (Dinas Kelautan dan Perikanan Kaltara), makanya kami juga bingung kenapa belum ada orang dinas temui nelayan di sini (perikanan). Kami juga mau tahu seperti apa sudah kelanjutan proyek itu, dan apa solusi untuk kami di sini,” terang Ketua Nelayan Sungai Perikanan, Hamid kepada benuanta.co.id pada Ahad, 26 September 2021.
Lanjut dia, nelayan setempat tidak bersikeras dalam hal mempertahankan penambatan perahu di sepanjang Sungai Perikanan tersebut. Namun, beberapa nelayan merasa kecewa dengan tidak adanya sosialisasi dari pihak terkait kepada nelayan. Ia pun mengaku nelayan terbuka dalam hal diskusi kepada DKP Kaltara maupun pihak kontraktor.
“Hari pertama pengerjaan itu (patok) saja kami seperti tidak dianggap, padahal sudah nyata banyak perahu nelayan parkir saat itu. Satu pun dari kami tidak tahu menahu mereka (pekerja proyek) mau buat apa. Ketika ditanya sama nelayan di sini baru kami diberi tahu, itupun hanya sekedar soal patok itu saja,” urainya.
Pun demikian dengan Awaludin, salah seorang nelayan yang ditemui benuanta.co.id di Jembatan Perikanan. Menurut dia, sosialisasi DKP Kaltara kepada para nelayan terkait proyek tersebut masih dinantikan.
“Sampai hari ini (Senin) kami menunggu belum ada sosialisasi dan pemberitahuan. Kami pun bingung proyeknya seperti apa,” terang Awaludin (40).
Awaludin yang menekuni profesi nelayan sejak tahun 1993 itu menekankan agar secepatnya ada sosialisasi kepada puluhan nelayan yang menambatkan perahunya di lokasi tersebut.
“Ada kabar yang beredar entah betul atau tidak, hari Kamis nanti mereka mulai senso kayu (memotong pepohonan), dan juga banyak kabar beredar ukuran turap itu hingga puluhan meter menutupi tempat sandaran perahu kami. Sehingga kami perlu kejelasan supaya ada persiapan, jadi dinas jangan asal main usir nanti,” tegas pria yang beralamat di Jalan Gajah Mada itu.
Awaludin pun menerangkan bahwa para nelayan terus menunggu kabar pasti pembangunan tersebut, meski rutinitasnya harus berada di laut. Bahkan dirinya akui dikagetkan, lantaran sempat pula beredar kabar kalau area tempat sandaran tersebut juga diakui kepemilikan oleh pihak lain atau sedang sengketa.
Meski begitu, terlepas dari menguaknya informasi yang menurutnya belum jelas, dirinya menyatakan tidak akan mempermasalahkan pembangunan tersebut asal mengakomodir hal-hal yang tidak merugikan nelayan.
“Tidak masalah membangun proyek, itu bagus tetapi pertimbangkan juga tempat sandaran perahu nelayan. Semua nelayan kaget, harusnya adalah pemberitahuan ke nelayan,” imbuh dia.
Sementara itu, diberitakan sebelumnya oleh benuanta.co.id bahwa DKP Provinsi Kaltara memastikan pengerjaan turap sungai tersebut tidak akan lama sehingga pihaknya meminta para nelayan dan warga sekitar sungai untuk bersabar. Terkait perahu nelayan, kata dia, nelayan agar menambatkan perahu di sebelah lokasi pengerjaan turap tersebut. Setelah turap jadi, maka para nelayan bisa kembali menambatkan perahunya.
“InsyaAllah paling lama hingga 4 bulan pengerjaannya. Sebenarnya ini peningkatan layanan kepada masyarakat, supaya siring itu terlihat rapi dan tidak runtuh. Fungsi lain dari turap itupun agar tidak terjadi abrasi dan bisa mencegah banjir,” ujar Kepala DKP Kaltara, Syahrullah Mursalin.
Turap itu sendiri panjangnya sekitar 247 meter, anggaran yang digunakan merupakan dana alokasi khusus (DAK) besarannya Rp1,5 miliar. Lanjut dia, tujuan pembangunan turap itu untuk pengamanan aset dan fisik aset, di mana wilayah itu merupakan milik DKP Kaltara.
“Yang kita cegah supaya tidak terjadi abrasi, turap ini juga menahan arus aliran air yang biasanya terjadi banjir,” tutup dia. (*)
Reporter : Kristianto Triwibowo
Editor : Nicky Saputra